Pages

Saturday, 27 September 2014

KSAD: Saya Marah Sebagai Seorang Ayah


KSAD: Saya Marah Sebagai Seorang Ayah
Tribun Batam/Argianto DA Nugroho
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memberikan arahan kepada anggota Batalyon Infanteri 134 Tuah Sakti (TS) dalam kunjungannya ke Markas Batalyon tersebut, di Batam, Selasa (23/9/2014). KSAD meminta anggota TNI untuk tidak membuat aksi balasan yang akan memperkeruh suasana dan menyerahkan penyelesaian insiden tertembaknya empat personel TNI AD dari Yonif 134/TS oleh anggota Brimobda Kepri pada Minggu (21/9/2014) malam lalu kepada tim investigasi yang segera dibentuk. 
 
 BATAM - Kepala Satuan Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Gatot Nurmantio langsung mengunjungi empat orang prajurit yang menjadi korban tembak, dalam bentrok TNI dengan Brimob Polda Kepri, di RSUD Embung Fatimah, sekitar pukul 01.45 dinihari Selasa (23/9).
Sebelumnya, Gatot memerintahkan semua senjata prajurit ditarik dan disimpan di markas komando Kodim 0316 Batam.
KS
"Saya dari Australia langsung ke Singapura dan melanjutkan perjalanan ke Batam menggunakan ferry terakhir. Sampai di Batam saya langsung melihat prajurit yang terkena tembakan di Rumah Sakit," kata KSAD Jendral TNI, Gatot Nurmantio, disela-sela kunjunan di Mako Yonif 134 Tuah Sakti (TS).
Gatot langsung mengumpulkan semua prajurit yang mengetahui kejadian, baik di depan Perumahan Cipta Asri (TKP 1) dan di Mako Brimob (TKP 2).
"Setelah saya mendengar semua cerita dari Prajurit. Saya aspresiasi  Prajurit Yonif 134 TS, merupakan pewakilan seluruh prajurit saya yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Mereka merupakan prajurit yang bermoral tinggi, bermental baja, disiplin dan profesional," katanya.
Asprisasi kepada prajurit ini disampaikan, karena saat rekannya tertembak, mereka bisa menahan diri.
"Saya marah sebagai seorang ayah dan KSAD. Begitu melihat mereka luar biasa, saya berikan aspresiasi,"katanya.
"Apa yang mereka katakan, kalau kita menyerang Brimob, tidak sampi 10 menit selesai. Karena meraka dilatih dipersenjatai. Mereka dilatih dipersenjatai bukan untuk menghadapi siapa-siapa, tapi hanya musuh negara, yang mengusik keutuhan kesatuan negara Indonesia, dan mereka mengatakan panglima tertinggi adalah hukum," ujarnya.
Gatot menceritakan kornolgis kejadian itu bermula saat empat orang prajurit Yonif 134 TS, mengikuti mobil yang masuk ke mako Brimob setelah ke TKP 1. Kemudian prajurit itu ke penjagaan yang dipimpin oleh Praka Eka Basri, dan  menanyakan kenapa kaki rekannya ditembak.
Saat itu petugas Brimob langsung kongkang senjata dan lari ke dalam, tiba-tiba ada aba-aba serang. Eka Basri pun tertangkap saat itu.
Kemudian Pratu Eko Saputra ditembak kakinya. Dan selanjutnya Pratu Sudirman menyampaikan kepada pasi Intel tentang kejadian.
Selanjutnya Pasi Intel Lettu Irham  dan Dankima (Komandan Kompi Markas), datang yang kemudian  menyampailkan kepada Wakasat Brimob bahwa anggota Yonif 134 TS ditahan di dalam.
"Ada apa kamu, tidak bisa dikeluarkan. Kemudian diyakinkan lagi Pasi Intel, apakah abang membiarkan anggota saya mati di dalam. Barulah Wakasat Briomb perintahkan keluar dan terdengar suara tembakan satu kali saat lampu padam,"katanya.
Selanjutnya setelah keluar, ada sekitar 15 orang anggota Yonif 134 TS. Saat itu mereka baru pulang apel dan tinggal di perumahan Cipta Asri dan dilerai. Waktu itu juga  bahwa ada yang tertembak di dalam mako Brimob.
Kemudian di evakuasi langsung ke Batalyon bukan ke rumah sakit. Kemudian komandan Batalyon datang ke Mako Brimob. Kemudian diperintahkan semua prajurit untuk pulang ke markas
"Saya perintahkan semua senjata ditarik dan disimpan di Kodim dan semua prajurit tidur semua di lapangan dengan mendirikan tenda, ini dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Dalam kesempatan ini Gatot menghimbau seluruh peajurit AD di mana saja mereka bertugas. Bahwa kepolisan dan aparat pemerintah, adalah paner.
Mereka adalah Polisi yang bertugas profesional. Dan yang melakukan adalah polisi-polisi kriminal dan tidak bertanggung jawab, serta polisi yang kena erosi pimpinan.
"Masalah ini kami serahkan kepada tim investigasi dan saya sebagai bapaknya untuk mencari kebenaran. Dan yang paling penting adalah hasil dari investigasi, kemudian ada pengadilan, hasil pengadilan yang adil-lah yang bisa mengobati luka hati saya dan prajurit-prajurit saya,"ujarnya.
Gatot enggan menanggapi kejadian di TKP 1 (Gudang Solar didepan Cipta Asri). Dia menyerahkan kepada tim investigasi yang terdiri dari TNI-Polri.
Gatot mengaku tidak relevan untuk menceritakan di TKP 1. Karena takut nanti dianggap memihak.
"Kita serahkan saja ke tim investigasi. Jika anggota saya yang salah, akan saya evaluasi. Namun kita tetap serahkan kepada tim investigasi dan hasilnya harus disampaikan terbuka ke publik,"katanya. (bur)

TRIBUN