Pesawat P-3 Orion AS
Latihan militer gabungan AS-Indonesia telah digelar akhir pekan lalu di Batam, sekitar 480 kilometer dari Natuna. "Itu latihan kedua dengan AS," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama Manahan Simorangkir.
Dikutip Reuters, Senin, 13 April 2015, Manahan mengatakan Indonesia ingin membuat latihan militer bersama AS, menjadi kegiatan rutin, dengan rencana latihan berikutnya pada 2016.
Saat ini China terlibat dalam konflik maritim dengan beberapa negara di Asia Tenggara, terkait dengan klaim mereka di Laut China Selatan, digambarkan dengan sembilan garis terputus (nine-dash line).
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pada Reuters pekan lalu, dia akan mengunjungi Natuna pada Mei, untuk menuntaskan rencana meningkatkan pangkalan militer.
"Telah ada bandara di Natuna, tapi tidak ada cukup pasukan, hanya beberapa marinir. Kami akan menambah pasukan di sana, mungkin dari angkatan udara, laut dan darat," katanya.
Manahan mengatakan latihan militer dengan AS, serta penambahan kekuatan di Natuna tidak ditujukan untuk merespon ancaman tertentu. "Penting untuk diingat, Indonesia tidak terlibat sengketa apa pun di Laut China Selatan," katanya.
"Kami tidak menginginkan adanya insiden di Laut China Selatan, dan berkomitmen pada pendekatan diplomatik yang selalu kami ambil," ucap Manahan.
Latihan militer yang digelar TNI AL dengan AS, melibatkan penggunaan pesawat mata-mata seperti P-3 Orion, yang bisa mendeteksi kapal laut dan kapal selam.(Viva.co.id)