"Itu baru radar pertahanan udara saja, belum radar pantai, radar titik, dan lain sebagainya," kata Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, Marsekal Muda TNI Hadiyan Sumintaatmaja di Jakarta, Kamis siang.
Pengadaan 12 radar baru itu, katanya, terlepas dari perawatan rutin 32 radar yang ada saat ini.
"Yang kami harapkan adalah radar-radar baru itu buatan anak bangsa. Sebetulnya banyak anak bangsa yang mampu membuat dengan teknologi lebih tinggi," kata dia.
Menurut dia, mengadakan atau membuat sendiri radar pertahanan udara sangat menguntungkan Indonesia. "Harga lebih murah, itu pasti… masih ditambah menciptakan lapangan kerja dan jaminan kedaulatan teknologi tinggi," kata dia.
Sejauh ini, kebanyakan radar pertahanan udara Indonesia disuplai dari Plessey (Inggris) dan Thomson CSF (Prancis).
Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara I Marsekal Pertama TNI Fahru Zaini, secara terpisah, menyatakan wilayah kerjanya akan mendapat tambahan dua radar baru.
"Satu di Kalimantan Barat dan satu lagi di Jawa Barat," kata dia.
Komando Pertahanan Udara Nasional TNI memiliki empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional.
Keempatnya adalah Sektor Pertahanan Udara Nasional TNI I (Jakarta/enam satuan radar), Sektor Pertahanan Udara Nasional TNI II (Makassar/enam satuan radar), Sektor Pertahanan Udara Nasional TNI III (Medan/empat satuan radar), dan Sektor Pertahanan Udara Nasional TNI IV (Biak/empat satuan radar), didukung Pusat Pendidikan Komando Pertahanan Udara Nasional TNI di Surabaya. (Antara)