Pasukan khusus seperti Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD pasti punya cara-cara khusus untuk menggasak sasaran berupa rantis, ranpur ringan dan personel lawan yang berlindung dibalik dinding. Tanpa harus membopong rudal/roket anti tank atau bazooka, dengan kemampuan senyap yang terlatih, beberapa unit elit di TNI dapat memanfaatkan keunggulan dari senapan anti material.
Untuk misi senyap khas sniper, dengan target daya hancur sasaran tinggi, sejak lama TNI sudah mengadopsi beberapa senapan anti material. Sebut saja ada Denel NTW-20/Truvelo yang dipakai Taifib (Intai Amfibi) Korps Marinir dan Kopaska TNI AL, lalu ada Hecate II yang digunakan DenBravo 90 Paskhas TNI AU. Malah belakangan, PT Pindad ikut merilis SPR (Senapan Penembak Runduk)-2, yang mengusung kaliber 12,7 x 99 mm NATO.
Seperti halnya senapan penembak jitu lainnya, pola operasi senjata ini mengusung bolt action, alias tembak satu-satu. Sekedar informasi, bolt action adalah (sistem operasi) kokang senjata api yang mana bagian bolt dioperasikan secara manual dengan cara menggesernya ke belakang (menggunakan tuas kecil/handle) agar bagian belakang (breech) laras terbuka, casing peluru kosong yang sudah dipakai terlempar keluar dan peluru baru masuk kedalam breech kemudian bolt ditutup kembali (digeser ke depan secara manual).
Black Arrow dirancang menganut model Mauser, dengan tiga lug pada bolt, dua di depan, dan satu di belakang. Penggunaan tiga lug memampukan penggunaan peluru bertekanan sangat tinggi, sehingga Black Arrow aman bila terpaksa menggunakan amunisi ‘jelek’ milik senapan mesin berat non matche grade untuk waktu lama.
Fitur unggulan lainnya, Black Arrow punya popor yang bisa disetel panjangnya serta pistol grip yang ergonomis. Sayangnya, teleskop standar pabrikan berkekuatan 8 x 32 tidak dapat disetel pembesarannya, sehingga kurang memadai untuk aplikasi di lapangan. Akan tetapi, Black Arrow terkenal dengan keseimbangannya yang sangat baik. Black Arrow dapat diposisikan berdiri sama tinggi antara ujung laras dan popor hanya dengan menggunakan kaki-kakinya.
Dan yang tak kalah menarik, Black Arrow menjadi dasar bagi PT Pindad dalam menciptakan senapan anti material, yakni SPR-2 kaliber 12,7 mm. Bahkan, hebatnya SPR-2 disebut-sebut mampu mengungguli kinerja Black Arrow. Menurut penuturan staf Pindad, SPR-2 dalam uji coba dapat mencapai performa yang memuaskan, diantaranya mampu menembus lapisan baja 10 mm dari jarak tembak 2 Km. Kabarnya, saat uji coba pesaingnya seperti Truvelo dan Black Arrow gagal menembus baja 10 mm dari jarak tembak yang sama. (Sam)
Spesifikasi Zastava M-93 Black Arrow
– Negara asal: Serbia, Yugoslavia
– Tahun pembuatan: 1980-an
– Kaliber: .50MG (12,7 x 99 mm NATO) atau 12,7 x 108 mm Rusia
– Sistem operasi: bolt action
– Panjang total: 1.510 mm/1.670 mm
– Panjang laras: 840 mm/1.000 mm
– Bobot kosong: 14,5 kg/16 kg
– Kecepatan proyektil: hingga 1000 meter per detik
– Jarak tembak efektif: 1.650 – 1.850 meter
– Kapasitas magasin: 5 peluru
– Akurasi: 1 MOA (minute of angle)