Tanpa terasa tepat 1 dekade Sukhoi TNI-AU mengudara di langit biru Indonesia, ya ,tepatnya 10 tahun yang lalu di tahun 2003, 4 unit yang terdiri dari 2 unit Su-27 Flanker dan 2 unit Su-30 Flanker resmi memperkuat TNI-AU. Kemudian di lanjutkan pada tahun 2007,pengadaan Sukhoi tahap ke-2 kembali di lanjutkan,dengan kedatangan secara bertahap 3 unit Su-27 Flanker dan 3 unit Su-30 Flanker dan ditutup di tahun 2013-2014 ini dengan kedatangan 63unit yang Su-27 Flanker dan 3 unit Su-30 Flanker untuk menggenapi menjadi full 1 skwadron. sebuah perjalanan yang panjang hingga 1 dekade atau 10 tahun,ehm, “hanya” untuk sekedar melengkapi 1 skwadron.
Kita berharap,smoga tidak berlebihan,kehadiran “burung besi” buatan rusia ini tidak hanya sampai 1 skwadron saja,tapi populasinya terus di tambah dan jenisnya pun di sesuaikan dengan ancaman, tantangan dan dinamika kawasan yang terus berkembang dan bergolak,Kenapa begitu???.. cukup secara kasat mata saja,satu contoh saja misalnya kawasan Laut Cina Selatan yang sudah mulai bergolak dengan saling klaim yang melibatkan sebagian negara-negara ASEAN dengan Cina, yang suatu saat nanti, wilayah Indonesia bagian utara seperti di kepulauan Natuna akan terkena imbasnya, dan contoh yang lain berupa sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga yang kadang-kadang “bermulut manis tapi lain di hati” seperti halnya 4 negeri jiran yang negaranya hanya pisahkan oleh sejengkal lautan dan daratan,dalam hal ini,Malaysia,Singapura,Papua Nugini dan Australia….. layaknya “musuh dalam selimut” yang tetap harus di waspadai…..
Hal yang di uraikan di atas tadi baru di lihat sebagai faktor Dinamika Kawasan Regional yang sedang bergolak belum di lihat dari modernisasi angkatan bersenjata masing-masing negara yang ada di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik,terutama Angkatan Udaranya.Kita lihat saja Negara Singapura aka Tumasik, yang luasnya tidak lebih dari DKI Jakarta saja memiliki puluhan unit F-15SG Eagle,F-16C/D Fighting Falcon,F-5 Tiger II,kalau di totalkan menjadi ratusan unit Pesawat Tempur,belum termasuk jenis pesawat lainnya.Begitu pula dengan TUDM Malaysia yang di perkuat dengan full skwadron ( malah lebih dulu ) Su-30 MKM Flanker,Mig – 29 Fulcrum, F-18 Hornet yang jumlahnya juga tidak berbeda jauh dengan Singapura.Sementara di belahan bumi selatan,”Deputy Sheriffnya Uncle Sam”,RAAF Australia trus menambah populasi “Dinasti Hornet” mulai dari F-18 A/B Hornet,F-18 C/D Super Hornet hingga EA-18 Growler,yang (lagi-lagi) kalau di kalkukasi sudah mencapai ratusan unit.Belum termasuk F-35 Lightning II yang tengah di buat dan di kembangkan,sudah menjadi visi mereka untuk memiliki Pesawat Tempur generasi ke-5…………
Ini baru mencermati populasi kekuatan Angkatan Udara negara-negara yang bisa di katakan “Dengki dan iri hati” dengan Indonesia.bagaimana dengan negara-negara yang “adem ayem” aja dengan Indonesia,seperti halnya Vietnam,Thailand,Philipina, Kambodja,Burma dan Brunei Darussalam???? Sekali lagi, jangan anggap remeh dan pandang sebelah mata lah…. Lihat saja Angkatan Udara Vietnam yang memesan (dan langsung lengkap) Sukhoi 27/30 Flankernya hingga mencapai 4 Skwadron (dan haqqul yakin) populasinya akan terus bertambah ,ini masih belom di hitung “Dinasti Mig” dengan variant berbagai jenis yang sudah lebih dulu nangkring di hanggar.begitu pula dengan RTAF Thailand yang terus berbenah dengan membeli Pesawat Grippen NG untuk mendukung F-16 A/B Fighting Falcon yang lebih dulu mengudara.begitu pula sisa negara-negara lainnya ,insyaallah, Angkatan Udara mereka pun akan terus bertambah …..dan bertambah…..serta modern tentunya……
Dengan mencermati Dinamika Kawasan yang sedang terjadi dan mengkalkulasi kekuatan Angkatan Udara militer masing-masing Negara ASEAN dan Australia ( jangan lupakan pula AU Cina dan Armada VII Pasific AS ), tidak berlebihan mengutip ucapan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI aka Presiden RI, Bapak SBY pada saat Latgab TNI tahun 2013,di pantai Banongan,Situbondo,Jawa Timur,Beliau mengatakan “TNI harus Besar dan Modern diantara Negara- Negara ASEAN seperti Malaysia dan Singapura serta Australia ”… sudah jelas yang di maksud kalau TNI yang terdiri dari 3 Matra ini,mulai dari Matra Darat,Matra Laut dan Matra Udara ( tentunya dalam hal ini tentunya juga TNI-AU tentunya) harus Besar dan Modern….. jadi tunggu apa lagi,lha wong yang ngomong ini Presiden sekaligus Pangti atas Angkatan Bersenjata, itu artinya Perintah Komando,Titah dan Amanah yang wajib bin harus di laksanakan…… bukan dilihat sebagai sekedar sebuah keinginan yang berupa angan-angan atau pernyataan yang berbau basa-basi semata…..
Bila TNI-AU Harus Besar dan Modern… ( sesuai pernyataan dari seorang SBY) Jadi tunggu apa lagi??? Kalau artinya Besar sama dengan Banyak toh??? Artinya jumlah Pesawat TNI-AU di tambah termasuk pesawat tempurnya kan??? Bukan isapan jempol kalau jumlah pesawat tempur TNI-AU populasinya bisa membengkak hingga mencapai 180 pesawat tempur atau 18 Skwadron ( belom termasuk pesawat intai,pesawat angkut,pesawat latih ataupun Helikopter). Bisa di bayangkan dan betapa bangganya kita sebagai rakyat dan bangsa Indonesia bila Dirgantara Indonesia di jaga dengan gagahnya dan wibawanya oleh 180 pesawat tempur yang siap menghadang dan mengusir pesawat- pesawat asing yang slonong boy…… Lanjut tentang Modern sama dengan maju (tentunya dengan teknologi terkini),bisa jadi pesawat tempur yang di miliki TNI-AU lebih 1 atau 2 tingkat diatas pesawat tempur dari negara-negara lain….dan itu hanya bisa di temukan burung besi buatan Rusia yang dinamakan “SUKHOI”……….
Ya…Burung Besi “SUKHOI”dengan segala turunannya harus bisa di miliki oleh TNI-AU. Sekaligus “Reinkarnasi” burung besi Rusia (ex Uni Sovyet) di tahun 60-an yang sempat mengisi hanggar – hanggar AURI lewat “Dinasti MIG “ mulai Mig-15,Mig-17,Mig-19 hingga Mig-21 Fishbed.Dengan teknologi Modern nya,”Dinasti Sukhoi” bisa di tambah kembali untuk melanjutkan tradisi “Dinasti Mig” yang kemudian di sebar di seluruh Pangkalan Udara TNI-AU di Nusantara. Sudah saatnya di beli 1 Skwadron Su-35BM Flanker ( pengganti F-5 E/F Tiger II ), sudah saatnya di beli 2 Skwadron Su-32/34 Fullback ( pengganti 40 unit Skyhawk TNI-AU), dan saatnya 1-2 Skwadron Su-27/30 Flanker di tambah untuk menemani 1 Skwadron Su-27/30 Flanker yang bersarang di Makassar. Dan untuk mengimbangi dan menghadapi F-35 Lightning II milik Singapura dan Australia ataupun F-22 USAF yang bersarang di Guam,saatnya TNI-AU untuk melirik Sukhoi T-50 Pakfa sebagai pesawat generasi ke-5. Ehm,bisa di bayangkan wajah-wajah Angkatan Udara negara tetangga kalau melihat “Dinasti Sukhoi” menjaga dirgantara Indonesia…bukan hanya “manyun tapi juga pucat pasi tanpa darah”…. lihat saja betapa “Galau”nya RAAF Australia melihat digdayanya Su-30 Flanker TNI-AU di Pitch Black 2012 kemarin,hingga tarik-ulur dalam membeli F-18 E/F Super Hornet bahkan langsung memesan F-35 Lightning II walau harganya (ampun-ampun) mahalnya….. belum lagi RSAF Singapore yang “harap-harap cemas” hingga harus bermanis muka dengan TNI-AU dengan selalu mengajak latihan bersama…
Seperti yang di sampaikan oleh SBY, “TNI Harus Besar dan Modern“ artinya pula , sudah saatnya TNI-AU harus besar dan Modern…..termasuk “Dinasti Sukhoi”nya …..
IDM