JAKARTA : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan
setiap negara, termasuk Indonesia medambakan memiliki militer tangguh
dari segala aspek. Militer bisa menjadi alat perdamaian dunia dan
diplomasi politik internasional.
"Sebagai bangsa yang cinta damai, Indonesia harus selalu mengedepankan
solusi damai tanpa harus peperangan. Itulah mainset dan sikap mental
bangsa Indonesia dan TNI," tegas Presiden SBY usai menyaksikan latihan
pendahuluan Latgab TNI 2013 di Situbondo, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Presiden SBY bersama Wakil Presiden Boediono menyempatkan pendaratan
menggunakan kendaraan tempur baja tank amfibi jenis LVT-7 A1 di Pantai
Banongan Situbondo.
Ikut mendampingi, diantaranya Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono,
Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo, Kepala Staf TNI Angkatan Udara
(KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, KSAD Jenderal TNI Pramono
Edhie Wibowo, KSAL Laksamana TNI Marsetio dan beberapa anggota Komisi I
DPR, diantaranya Susaningtyas Kertopati.
Indonesia tidak punya niat melakukan agresi kepada negara lain.
Presiden menyatakan, meningkatkan kemampuan TNI dalam rangka menjaga
kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). "Bangsa Indonesia cinta damai, tetapi tentunya kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI adalah harga mati," tegas Presiden SBY.
Itu artinya, kata Presiden, perang bukan pilihan pertama. Indonesia
selalu mengedepankan diplomasi dan politik damai untuk menyelesaikan
sengketa antarnegara. "Perang adalah cara terakhir manakala tidak ada
cara lain, diplomasi dan politik, misalnya," lanjut Presiden.
Di sisi lain, meningkatkan kemampuan TNI telah menjadi tuntutan zaman
yang harus dipenuhi. Kekuatan militer berorientasi pada kekuatan modern.
Militer tak hanya bertumpu pada kekuatan personil maupun kecanggihan
alutsista.
Melainkan, menurut Presiden, alutsista dan personil menjadi satu
keutuhan tak terpisahkan. "Selain memiliki persenjataan yang canggih dan
personil mental kuat, TNI harus harus terlatih dan profesional,"
ujarnya.
Harapan Presiden SBY, TNI menjadi militer yang profesional dilengkapi
dengan alutsista canggih, seperti yang telah dimiliki negara - negara
maju. Pertumbuhan perekonomian nasional yang positif akan berkorelasi
pada pembangunan kekuatan dan modernisasi alutsista.
Ke depan, Susaningtyas mengatakan, Latgab TNI jangan kendor. TNI harus
terus meningkatkan kemampuan operasi, di samping pembangunan alutsista
yang sedang dipenuhi. "Latgab ini berguna agar prajurit terlatih dan
profesional," nilai Susaningtyas.
DPR sendiri, lanjut Susaningtyas, terus mendukung program - program
pemerintah untuk pembangunanTNI yang kuat. Dalam upaya menjaga
kedaulatan bangsa Indonesia, TNI harus didukung alutsista yang canggih
dan modern.
Makan Korban
Latgab TNI tahun ini melibatkan 16.745 prajurit anggota TNI dari tiga
matra TNI AU, AD dan AL. Masing - masing matra juga mengerahkan
alutsista pamungkas yang dimiliki.
Namun sayangnya, Latgab TNI tahun ini menelan dua korban meninggal dari
masyarakat sipil setempat, yakni Syukur (35 tahun) dan Untung (35
tahun) warga Desa Blangguan. Desa ini merupakan wilayah Pusat Latihan
Pertempuran (PLP) Asembagus, Situbondo, Jawa Timur.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksda TNI Iskandar Sitompul
menyatakan TNI ikut belasungkawa dan telah memberikan santunan kepada
keluarga korban.
Syukur dan Untung diperkirakan kena peluru yang tak meledak saat
digunakan dalam latihan itu. Diperkirakan, keduanya sedang mencari
selongsong peluru di lokasi latihan. "TNI sudah membuat larangan untuk
tak memasuki area, tapi sepertinya tak diindahkan," perkiraan Iskandar.
Jauh hari, TNI telah menyosialisasikan lokasi steriil latihan kepada
masyarakat setempat dan instansi - intansi terkait. "TNI terus
menghimbau kepada warga masyarakat agar tidak mendekati lokasi latihan
mengingat di sekitar daerah tersebut masih dinyatakan daerah terlarang
dan tidak diizinkan bagi warga masyarakat untuk melakukan aktifitas
apapun di areal tersebut," kata Iskandar.