HANUD : Melihat perkembangan persenjataan yang
terjadi disekitar RI dan aspek lain yang mengikuti seperti kebutuhan
akan penting kekuatan pertahanan demi menjaga keamanan domestik dan
menjaga keutuhan kedaulatan dari ancaman yang muncul karena perkembangan
situasi yang dinamis.
Menyusul kampanye modernisasi kekuatan militer RI
sesuai pedoman Minimum Essential Forces (MEF), ketiga matra TNI pelan
namun terarah sudah mulai menunjukan adanya perubahan dalam alutsista
masing2 matra.
TNI AU sudah memiliki proyek pembelian T-50 GE, Airbus C295,
SuperTucano, dan lainnya, TNI AD sedang menjajaki pembelian 8 unit AH 64
D Apache Longbow, 114 biji Leopard dan 50 IFV Marder, Rudal StarStreak,
dll kemudian TNI AL masih berkutat dengan program penambahan KCR,
Frigate, Kapal Selam, selain itu uji coba rudal Yakhont juga ikut
menambah daya serang TNI AL.
Mari kesampingkan dulu ribetnya proses
pembelian alutsista canggih untuk TNI, yang baru wacana saja udah banyak
yang protes dan koar2.
Federasi Rusia melalui perusahaan penjualan
senjata Rosoboronexport sudah menawarkan kepada TNI dan Kemhan
alutsista Rudal anti serangan udara jarak pendek Pantsyr-S1 dan jarak
menengah S-300.
Kebutuhan akan modernisasi untuk sistem pertahanan udara
nasional sudah sangat layak untuk segera di lakukan, Pantsyr-S 1
(NATO: SA-22 Greyhound) memiliki kemampuan maut untuk menangkis berbagai
jenis senjata: pesawat tempur, helikopter, roket, peluru kendali,
precision-guided munition hingga UAV. Pantsyr S1 juga bisa menghancurkan light-armoured ground targets.
Dibanding saingan
sejenisnya, Tunguska M1 (NATO SA-19 Grison), diperkirakan Pantsyr-S1
lebih presisi akurasinya karena menggunakan sistem yang lebih baru
seperti Sistem pertahanan dan persenjataannya dapat diaktifkan dalam
beberapa mode frekuensi serta mampu beroperasi pada multimode adaptive radar-optical control system. Pantsyr-S1 juga didesain untuk menghancurkan target berkemampuan high-precision weapons.
Panser penggerak rantai |
Produsen : KBP Instrument Design Bureau, Tula. Dirakit oleh Ulyanovsk Mechanical Plant, Ulyanovsk, Rusia.
Power : Mengangkut 2 rudal 57E6 Surface
to Air dengan hulu ledak 16 kg, berat 65kg , kecepatan maksimum 1,1 km/
detik, daya jangkau 1 – 12 km.
Mobility : bisa dipasang di truk The Ural-5323 8×8 atau di kendaraan lapis baja berantai (tracked).
User : Rusia, Uni Emirate Arab, Suriah.
Tepat rasanya bila TNI mampu memiliki
alutsista pertahanan udara ini, selain mengganti persenjataan hanud yang
udah usang, Pantsyr-S1 makin menambah kepercayaan diri Arhanud TNI
dalam melindungi kedaulatan udara nasional dan backup pendukung
pergerakan kavaleri lapis baja.
Jika TNI berminat memboyong beberapa Pantsyr-S1 sebaiknya memilih 2 platform sekaligus, menggunakan roda biasa
(truk) untuk digunakan ditempat2 dengan kondisi medan mudah dijangkau
seperti perkotaan dan kendaraan berantai (tracked) untuk dengan medan
yang sulit.
Selanjutnya ke Alutsista yang berlevel
lebih tinggi sehingga bisa memberikan efek deterens ke lawan meski
senjatanya belum digunakan. Sistem pertahanan udara Jarak Jauh/Menengah,
S-300.
Rosoboronexport Rusia juga sudah menawari RI untuk membeli S-300
nya, meski masih belum ada tanda2 persetujuan Kemhan dan TNI untuk
memasukan ke dalam daftar belanja MEF. Pemerintah RI sudah pernah
belajar bahwa untuk mengcover wilayah udara RI tak cukup dengan
upgrading dan penambahan Radar canggih.
Apa artinya bila kita memiliki
mata dan telinga yang tajam, namun tidak memiliki tangan dan kaki untuk
bertindak. Jangan sampe Indonesia kecolongan lagi seperti insiden F-18 Amerika yang se enak udelnya ngubek-ubek kedaulatan udara RI diatas pulau bawean.
Melalui TNI AU dengan armada F-16 memang masih diandalkan untuk
menghalau kucing nyasar, tapi sampai saat ini peran Arhanud masih minim,
belum terdengar kabar apapun tentang sepak terjang Arhanud dalam
menghalau ancaman udara asing.
Cukup dimaklumi karena persenjataan
Arhanud sudah sangat perlu di restorasi. Selain ancaman pelanggaran
udara, Arhanud juga diperlukan untuk melindungi pergerakan satuan darat
seperti Tank Leopard 2A6,Heli Serbu MI-35, MLRS, Skuadron UAV dan
artileri medan. Kehadiran Pantsyr-S1 rasanya belum cukup mengcover
semua, adanya sistem rudal jarak menengah/jauh bisa memberikan daya
lindung yang lebih maksimal.
Ada banyak varian S-300 yang ditawarkan
rusia, beberapa kandidat seperti S-300P (NATO : SA-10 Grumble), S-300P/M
(NATO : SA-10d/e), S-300 F (NATO :SA-N-6) atau bila mau bisa sekalian
ambil varian terbarunya, S-400.
Saking hebatnya kehadiran S-300, Ibukota
Rusia, Moscow menempatkan sekitar 80 baterai S-300 untuk melindungi
penduduk dan aset-aset berharga di Ibukota.
Sedang untuk menjaga
perbatasannya, Rusia mengandalkan pasukan S-400 nya. Terbukti, lengkapnya perlindungan udara Rusia di segala penjuru wilayahnya membuat
ekspansi NATO ke Eropa Timur tak akan mudah.
Untuk memperkuat sistem
pertahanan nasional serta memberikan efek deterens bagi pihak yang ingin
mengganggu kedaulatan NKRI, baterai-baterai S-300 bisa ditempatkan di titik-titik
vital, seperti Ibukota RI, Perbatasan Malaysia di Kalimantan, Perbatasan
Australia di NTT dan Merauke, dan sebagainya menyesuaikan dengan
tingkat ancaman yang ada.
Asal ada kemauan kuat, dukungan dari
semua elemen di tanah air, upaya untuk memiliki sistem pertahanan udara
handal bukan hal mustahil, uang kalau dicari pasti ada tinggal aspek
politicalnya. Jika Iran memiliki hambatan untuk memiliki S-300 karena loby
Israel di Rusia, Indonesia sepertinya juga akan memiliki hambatan dari
Paman SAM demi menjaga keunggulan militer anak angkatnya, Singapura.
Kehadiran Pantsyr S1 dan S-300 dalam jajaran alutsista RI jelas akan
meningkatkan Arm race di kawasan ASEAN dan mengubah strategi
geopolitik negara kawasan. Pihak yang paling getol merespon pastinya
Malaysia dan Singapura, uji coba roket RHAN lapan saja bikin mereka
berkeringat.
Bisakah TNI memiliki sistem pertahanan udara yang capable
dan unggul, kita tunggu saja......!!!!