Pemerintah Indonesia dan Turki akhirnya menandatangani nota
kesepahaman pembuatan light/medium tank yang dikerjakan oleh FNSS
Defense System Turki dan PT Pindad Indonesia. Penandatangan kerja sama
ini dilakukan di Istanbul, Turki, saat berlangsungnya Internasional
Defense Industri Fair (IDEF) ke-11, Mei 2013.
Menurut Asisten Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang
Kerjasama, Silmy Karim, pihak Turki siap bekerjasama dari proses desain
hingga tahap produksi. “Keduanya bekerja sama dalam waktu tiga hingga
lima tahun. Tahun ini diusahakan grand design tank selesai, sehingga
tahun depan bisa dibuat prototipenya,” ujar Silmy Karim.
Kerja sama PT Pindad dengan FNSS Turki merupakan tindak lanjut
kesepakatan kerja sama saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
ke Turki, Juni tahun 2010. Kesepakatan tersebut dimatangkan kembali
saat Presiden Turki Abdullah Gul melakukan kunjungan balasan ke
Jakarta, April 2011.
FNSS Turki bahkan telah mengirimkan prototipe tank ringan ACV 300 untuk dijajal oleh TNI AD dan dipelajari PT Pindad.
FNSS Defence System Turki
FNSS Defense System merupakan pembuat armoured personnel carrier
(APC) PARS roda 6 x 6 dan 8 x 8 berkemampuan amphibi dengan bobot 16 –
24 ton. FNSS juga pembuat infantry fighting vehicle IFV ACV 300
(tracked) berbobot 14 ton, turunan M113 USA.
ACV 300 juga memiliki varian baru yakni ACV S yang lebih panjang
(Stretched) dengan penggerak rantai 6 roda, sementara ACV 300 rantai 5
roda.
Sebelum bekerjasama dengan Indonesia, FNSS Turki telah bekerjasama dengan Malaysia dalam membuat DEFTECH atau AV-8,
yang merupakan pengembangan dari PARS 8×8 Turki. Selain itu Malaysia
juga bekerjasama dengan FNSS membuat ACV- Adnan berdasarkan ACV 300
Turki.
FNSS PARS 8X8
ACV S (Stretched) varian baru
ACV 300 Adnan Anti-Tank Missile Malaysia
Sejarah tank Indonesia bisa dilacak dari pengadaan Tank Scorpion TNI
AD. Scorpion dibuat Inggris sebagai Combat Vehicle Reconnaissanc, namun
tank pengintai ini dimodifikasi Indonesia dengan memasang canon 90 dan
105 mm Belgia.
Begitu pula dengan AMX 13 merupakan light tank, namun mengusung
canon: 75mm, 90 mm hingga 105 mm. TNI AD memiliki sekitar 300 AMX 13 versi canon.
Dari dua jenis itu, bisa dikatakan Kavaleri Indonesia menyukai tank
model light/medium, namun memiliki ukuran canon yang besar. Tank model
ini dianggap cocok untuk medan pertempuran yang berbukit dan berlembah.
Keinginan Indonesia untuk membuat tank/panser dilengkapi canon,
sempat dicoba dengan Korea Selatan dengan memesan 22 Panser Tarantula /
Black Fox yang akan dipasang canon CT-CV turret 105mm atau CSE 90 mm
Belgia. Turret ini sudah dipesan ke Belgia, namun entah mengapa, proyek
Panser Canon Tarantula itu, tidak terdengar lagi.
Indonesia juga sempat membangun protoype panser canon 90mm, namun
hingga kini tidak juga diproduksi. Diduga mesin Anoa yang terletak di
tengah, membuat pemasangan turret menjadi bermasalah, termasuk tata
letak kru di dalamnya. Hal ini semakin jelas, ketika pihak Kementerian
Pertahanan yang berkunjung ke Istanbul mengatakan, tank yang akan dibuat
PT Pindad dan FNSS Turki, akan menempatkan mesin di depan, sekaligus
untuk meningkatkan proteksi.
Karena Indonesia telah memiliki Anoa 6×6 (berpenggerak roda) yang
fungsinya hampir sama denga FNSS PARS, maka kerjasama PT Pindad diduga
akan tertuju kepada model ACV 300 yang dipasang turret.
Tank ringan yang akan diproduksi bersama Indonesia dan Turki akan
memiliki tingkat kandungan dalam negeri yang cukup besar. Setidaknya
hull/ body, instalasi dan perakitan akan menjadi porsi
Indonesia. Sementara engine serta rantai tank dibuat oleh FNSS Turki.
Turki sendiri telah memamerkan varian terbaru dari ACV 300, yakni ACV
SW (Stretched) yang dipasang turret BMP 3, buatan Instrument Design
Bureau (KBP) Tula, Russia.Turret BMP 3 ini dilengkapi canon 100 mm
serta autocannon 2A72 30 mm. Canon BMP 3 bisa menembakkan peluru
konvensional HE-FRAG atau ATGM 9M117 (AT-10 Stabber).
Bisa jadi model Tank Nasional yang dibuat FNSS Defence System Turki
bersama PT Pindad, adalah ACV SW (rantai 6 roda). “Indonesia melalui PT
Pindad diharapkan mampu menyerap teknologi tank milik Turki dan
nantinya mampu membuat sendiri”, ujar Silmy Karim.
Tank ACV-S dengan turret BMP 3
Varian LAIN ACV Canon
Opsi lain adalah hull ACV S namun menggunakan turet CT-CV Weapon
System buatan CMI Defence, Belgia. Turret Cockerill CT-CV 105HP ini
mengusung: canon 105 mm, senjata mesin pintle-mounted 7.62 atau 12,7 mm
serta granat launcher. Selain menembakkan peluru manual, turret
Cockerill CT-CV 105 HP juga bisa menembakkan ATGM Falarick 105. Turret
ini memang di-disain untuk light tank.
Tank ini diciptakan dalam berbagai varian dan modul: Reconnaissance
vehicle, infantry fighting vehicle (IFV), armoured recovery vehicle
(ARV), fire support vehicle (FSV) or light tank, engineering
reconnaissance and support vehicle, anti-aircraft artillery vehicle,
self-propelled 155mm howitzer, medical evacuation vehicle, rocket
launcher and radar carrier.
Berat basic IFV Anders 20 ton dan berkembang menjadi 33 ton jika
mengusung turret canon 105 mm. Bisa digeber 72 km/jam dengan jarak
jelajah 600km.
Tank Marder
PT
Pindad sebelumnya sempat menyatakan juga akan membuat tank medium,
dengan hull model IFV Marder Jerman. Marder merupakan tank medium dengan
bobot dua kali lipat dari ACV 300 Turki, yakni 30 ton.
Indonesia memang membeli 50 IFV Marder dari Jerman. Namun perusahaan
Rheinmetall Jerman tidak akan begitu saja menyerahkan teknologi Tank
Merder dengan turret dengan turret Oto Melara Hitfact 120mm, karena
dagangan baru dari Rheinmetall. Tank Marder bisa menjadi langkah
berikutnya jika PT Pindad telah menguasai teknologi light tank ACV SW Turki.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Turki. Setelah mampu membuat IFV/ Light Tank ACV SW, kini mereka membangun main battle tank (MBT) Altay berbobot 60 ton, yang prototype-nya ditargetkan selesai tahun 2015 dan memasuki produksi massal tahun 2017. Otokar Group Turki belajar membuat MBT Altay atas asistensi Hyundai Rotem, Korea Selatan.