TNI AU berencana memiliki 3 pesawat CN-235MPA untuk dapat membentuk 1 skadron pesawat intai baru (photo : Peter Ho)
BANDUNG: PT Dirgantara Indonesia (DI)tahun ini kembali mendapatkan tiga proyek pesawat CN235 untuk TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara.Ketiga pesawat itu ditargetkan bisa rampung dan dikirimkan pada tahun 2015 atau 2016.
“Satu pesawat untuk Angkatan Udara dan dua untuk Angkatan Laut untuk patroli maritim,”ujar Direktur Pengembangan Teknologi Engineering PT Dirgantara Indonesia (Persero) Andi Alisjahbana di Jakarta, Minggu (19/5).
Nilai kontrak ketiga pesawat disebutkan tidak sampai Rp 1 triliun. Pada tahun ini PT DI juga akan mengirimkan dua atau tiga pesawat jenis yang sama juga untuk TNI Angkatan Laut yang merupakan kontrak multi years pada tahun 2011.
Target perusahaan kata dia setidaknya melakukan penjualan atau kontrak senilai Rp 3 triliun setiap tahunnya. Pada tahun 2012, perusahaan mendapatkan keuntungan sedikit lebih besar bila dibandingkan pada tahun sebelumnya. Diharapkan tahun ini perusahaan tersebut juga mengalami peningkatan pendapatan.
Dia menambahkan bahwa PT DI juga berfokus untuk menyelesaikan proyek pesanan pembuatan pesawat yang masih backlog sekitar Rp 8 triliun sampai 2015 mendatang.Proyek tersebut tidak hanya dari konsumen dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.
Selain berfokus untuk memproduksi pesawat dan helicopter, PT DI juga mengembangkan perawatan pesawat atau Maintenance Repair Overhaul (MRO) melalui Divisi Aircraft Services (ACS). ACS ditargetkan tidak hanya mampu memberikan MRO pesawat buatan PT DI tetapi juga produksi perusahaan lain. Pasar MRO Indonesia saat ini dikatakan sangat besar dan berpotensi untuk terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah pesawat.Namun, sayang lebih banyak maskapai yang memilih ke luar negeri untuk melakukan MRO.
“Airlines Rp 8 sampai 9 triliun tiap tahun. Dari jumlah itu diambil oleh dalam negeri yaitu GMF AeroAsia dan kami ada Rp 3 triliun.Jadi kita mesti berusaha menangkap pasar itu. Hanya kendalanya investasi, penambahan kemampuan karena mesti menguasai teknologi,”paparnya.
Belum semua aspek dalam MRO bisa dikuasai oleh pihaknya kata Andi.Misalnya landing gear yang harus dikirim ke luar negeri. “Kita lagi belajar mendapatkan kualifikasi.Kalau belum mendapatkan kualifikasi, training ya belum bisa,”imbuhnya.
JurNas