Jakarta
- PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI, tahun ini sudah
menandatangani kontrak pembuatan pesawat CN 235 yang merupakan pesanan
TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana menuturkan bahwa pesawat yang dipesan AL tersebut akan dipergunakan untuk patroli maritim tetapi, baru akan dikirim pada 2015 atau 2016 mendatang.
"Ada tiga pesawat, satu untuk AU dan dua AL. Nilainya, saya tidak ingat tetapi kurang dari Rp 1 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (20/5).
Adapun target untuk kontrak baru tahun ini diharapkan dapat mencapai Rp 3 triliun.
"Itu kontrak baru yang selalu kita targetkan bisa didapat setiap tahunnya. Tahun ini sendiri, kita ada backlog kontrak yang harus dikirim mencapai Rp 8 triliun. Dan itu harus diselesaikan. karena merupakan combined sampai 2015 yang tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri," terang Andi.
Untuk pemesanan pesawat ini, lanjutnya merupakan kontrak multiyears, sehingga beberapa pesawat yang akan dikirim pada tahun ini merupakan kontrak yang telah ditandatangani pada 2011 atau 2012.
Sementara itu, Andi juga mengakui bahwa pihaknya sedang membidik kontrak besar di tahun ini, akan tetapi ia masih enggan membuka kontrak yang dimaksudnya tersebut.
Siapkan Perawatan Boeing dan Airbus
PTDI yang merupakan perusahaan nasional bergerak dibidang aero, sudah memulai untuk merawat pesawat jenis Boeing dan Airbus.
"Kita kan ada divisi aircraft services dan ditargetkan untuk bisa memelihara pesawat yang bukan produk kita karena ini dalam keahlian kami, sehingga kami akan me-maintenance," kata Andi.
Andi mengatakan juga kalau market di Indonesia untuk perawatan pesawat, besar sekali.
"Airlines untuk perawatan bisa sampai Rp 8 hingga 9 triliun tiap tahun dan kebanyakan diperbaiki ke luar negeri. Kita ingin tangkap pasar itu. Saat ini perawatan pesawat yang paling baik adalah GMF dan dari Rp 8 triliun diambil oleh GMF dan kami ada Rp 3 triliun," terangnya.
Meskipun PTDI sedang menyiapkan untuk perawatan pesawat di luar pesawat yang mereka produksi, namun masih ada beberapa sertifikasi kualifikasi yang belum dimiliki seperti landing gear belum bisa di dalam negeri. Andi mengakui pihaknya masih membangun kemampuan, kalau belum mendapatkan kualifikasi untuk training maka belum bisa.
Untuk menyiapkan perawatan pesawat Boeing dan Airbus tersebut, PTDI menggunakan sebagian dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang didapatkannya pada akhir tahun lalu sebesar Rp 1,4 triliun serta dari pinjaman bank.
"Tetapi saya lupa berapa persis dananya yang digunakan dan dipinjam dari bank. Untuk perawatan ini, dana yang kami keluarkan tidak lebih dari Rp 1 triliun karena kita sudah punya hanggar yang mampu menampung tiga unit pesawat jenis Boeing 737 ataupun Airbus A320. Yang perlu kami lakukan adalah, tinggal menambahkan kemampuan saja," ucapnya.
Beritasatu
Direktur Teknologi PTDI Andi Alisyahbana menuturkan bahwa pesawat yang dipesan AL tersebut akan dipergunakan untuk patroli maritim tetapi, baru akan dikirim pada 2015 atau 2016 mendatang.
"Ada tiga pesawat, satu untuk AU dan dua AL. Nilainya, saya tidak ingat tetapi kurang dari Rp 1 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (20/5).
Adapun target untuk kontrak baru tahun ini diharapkan dapat mencapai Rp 3 triliun.
"Itu kontrak baru yang selalu kita targetkan bisa didapat setiap tahunnya. Tahun ini sendiri, kita ada backlog kontrak yang harus dikirim mencapai Rp 8 triliun. Dan itu harus diselesaikan. karena merupakan combined sampai 2015 yang tidak hanya dalam negeri tapi juga luar negeri," terang Andi.
Untuk pemesanan pesawat ini, lanjutnya merupakan kontrak multiyears, sehingga beberapa pesawat yang akan dikirim pada tahun ini merupakan kontrak yang telah ditandatangani pada 2011 atau 2012.
Sementara itu, Andi juga mengakui bahwa pihaknya sedang membidik kontrak besar di tahun ini, akan tetapi ia masih enggan membuka kontrak yang dimaksudnya tersebut.
Siapkan Perawatan Boeing dan Airbus
PTDI yang merupakan perusahaan nasional bergerak dibidang aero, sudah memulai untuk merawat pesawat jenis Boeing dan Airbus.
"Kita kan ada divisi aircraft services dan ditargetkan untuk bisa memelihara pesawat yang bukan produk kita karena ini dalam keahlian kami, sehingga kami akan me-maintenance," kata Andi.
Andi mengatakan juga kalau market di Indonesia untuk perawatan pesawat, besar sekali.
"Airlines untuk perawatan bisa sampai Rp 8 hingga 9 triliun tiap tahun dan kebanyakan diperbaiki ke luar negeri. Kita ingin tangkap pasar itu. Saat ini perawatan pesawat yang paling baik adalah GMF dan dari Rp 8 triliun diambil oleh GMF dan kami ada Rp 3 triliun," terangnya.
Meskipun PTDI sedang menyiapkan untuk perawatan pesawat di luar pesawat yang mereka produksi, namun masih ada beberapa sertifikasi kualifikasi yang belum dimiliki seperti landing gear belum bisa di dalam negeri. Andi mengakui pihaknya masih membangun kemampuan, kalau belum mendapatkan kualifikasi untuk training maka belum bisa.
Untuk menyiapkan perawatan pesawat Boeing dan Airbus tersebut, PTDI menggunakan sebagian dana dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang didapatkannya pada akhir tahun lalu sebesar Rp 1,4 triliun serta dari pinjaman bank.
"Tetapi saya lupa berapa persis dananya yang digunakan dan dipinjam dari bank. Untuk perawatan ini, dana yang kami keluarkan tidak lebih dari Rp 1 triliun karena kita sudah punya hanggar yang mampu menampung tiga unit pesawat jenis Boeing 737 ataupun Airbus A320. Yang perlu kami lakukan adalah, tinggal menambahkan kemampuan saja," ucapnya.
Beritasatu