Brigadir Jenderal Luc de Revel bersama Konjen Widyarka
"Partisipasi Indonesia dalam latihan gabungan operasi bantuan kemanusiaan Croix du Sud (Bintang Pari) di masa mendatang akan menjadi hal yang penting. Indonesia dapat memulainya dengan menjadi observer, atau langsung terlibat dalam latihan gabungan ini," ujar Brigadir Jenderal Luc de Revel saat berbincang dengan Konjen RI Noumea, Widyarka Ryananta di markas Angkatan Bersenjata Prancis Kaledonia Baru, Kamis waktu setempat, (11/12/2014).
Tawaran untuk melakukan latihan gabungan Angkatan Bersenjata oleh Konjen Widyarka akan diteruskan kepada pemerintah Indonesia untuk mendapat pertimbangan. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang rawan bencana, latihan gabungan tersebut dipandang sebagai suatu langkah preventif dalam menghadapinya. "Hal ini juga sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menjalin kerja sama maritim dengan negara-negara kepulauan di kawasan," kata Widyarka.
Croix du Sud diawali dengan penandatangan FRANZ (France, Australia & New Zealand) Agreement pada tahun 1992. Dalam pelaksanaanya, Croix du Sud ditujukan untuk melakukan operasi bantuan kemanusiaan, termasuk evakuasi di wilayah Pasifik Selatan jika terjadi bencana alam. Latihan yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini diikuti oleh beberapa negara di kawasan perairan Pasifik di antaranya Prancis (New Caledonia), Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, Tonga dan Vanuatu.
Kemudian pada tahun 2012, untuk pertama kalinya pasukan militer dari wilayah non Pasifik seperti Kanada, Inggris, Amerika Serikat dan Jepang turut serta dalam latihan gabungan Croix du Sud di Kaledonia Baru.
Brigadir Jenderal Revel mengungkapkan, meskipun saat ini Indonesia belum memiliki hubungan kerja sama secara langsung dengan Kaledonia Baru, penting baginya untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah Indonesia terutama dalam bidang pertahanan.