Pengunjung memenuhi areal pameran alat utama sistem senjata (alutsista) TNI Angkatan Darat di Kompleks Monas, Jakarta, kemarin. Panitia memutuskan memperpanjang pameran alutsista tersebut hingga tiga hari dari rencana semula yang akan berakhir pada 15 Des
Hal itu dapat disaksikan dalam pameran alutsista memperingati Hari Juang Kartika di Monas, Jakarta Pusat, 12-15 Desember. Berbagai jenis persenjataan yang merupakan produksi dalam negeri maupun dari luar negeri ditampilkan dalam pameran itu. Bahkan, peralatan tempur paling modern dan tercanggih yang dimiliki TNI AD juga terlihat dalam pameran itu.
“Pengadaan alutsista sampai saat ini masih on the track sesuai dengan program yang dicanangkan dalam minimum essential force (MEF). Yang tercanggih antara lain MBT Leopard, MLRS Astros II MK 6 buatan Brasil. Kalau untuk ASEAN bolehlah kita bangga, kita bisa dibanggakan dengan alutsista yang dimiliki,” kata Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Letjen TNI M Munir saat pembukaan acara tersebut.
Salah satu persenjataan tercanggih yang ditampilkan adalah main battle tank (MBT) Leopard 2A4. Tank buatan Jerman yang sempat menimbulkan perdebatan dalam pengadaannya itu kini menjadi kekuatan utama bagi pasukan kavaleri TNI AD. Indonesia rencananya memiliki 124 tank jenis itu untuk memperkuat pertahanan.
Pengadaan rudal ini sebanyak enam batre dan yang sudah diterima baru satu batre. Selanjutnya akan dilengkapi pada renstra selanjutnya. “Mistral sudah menjadi alutsista terbarunya arhanud. Ini merupakan rudal jarak pendek untuk perlindungan udara, kalau jarak menengah belum ada,” ujar Wakil Komandan Pusat Persenjataan Arhanud TNI AD Kolonel TNI M Hasyim. Idealnya, semua provinsi atau kodam memiliki pertahanan udara.
Persenjataan canggih lainnya adalah multiple launch rocket system (MLRS) Astros II MK 6 buatan Brasil, meriam 155 MM KH-179 produk Korea Selatan, meriam 155 MM Nexter Caesar dari Prancis yang dimiliki Artileri Medan (Armed) TNI AD. Ketiga jenis meriam tersebut menambah daya gedor bagi pasukan saat bertempur. Tidak sampai di situ, TNI AD dalam hal ini, artileri pertahanan udara (arhanud) juga melengkapi pertahanannya dengan rudal jarak pendek mistral buatan Prancis.
Saat ini, keberadaan arhanud baru ada di wilayah barat seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Untuk wilayah Kalimantan, arhanud baru ada di timur. Begitu juga dengan Sulawesi baru ada di Ujung Pandang dan Makassar. “Untuk wilayah timur Indonesia belum ada seperti Ambon, Papua. Pada renstra berikutnya, TNI akan membangun di Kalimantan, Bali, dan Papua,” paparnya.
Dari pantauan KORAN SINDO, selain persenjataan canggih di atas, ada pula heli serbu Bell 412, heli serbu Bell 205 A1, heli serang MI-35, heli serbu MI-17 V5, dan heli Fennec. Kemudian, meriam 23 mm/Giant Bow dari China, meriam Grom Composite dari Polandia, dan meriam RBS 70 dari Swedia.
Berbagai jenis panser seperti panser VAB NG buatan Pindad, panser V 150 dan panser Anoa, diver propulsion divice (DPD) buatan Amerika Serikat yang digunakan untuk melakukan infiltrasi senyap di bawah air dengan kedalaman mencapai 30 meter juga mengisi pameran. Juga pesawat tanpa awak multirotor yang berfungsi untuk memantau topografi suatu wilayah dan musuh. (koran-sindo.com)