Pertemuan bilateral antara pejabat militer bisa dilakukan sesuai keperluan peserta.
"Memang tidak spesifik dibicarakan atau diagendakan tentang ini. Namun simposium ini bisa menjadi pijakan pertemuan bilateral di antara peserta. Mereka bisa duduk bersama sambil ngopi istilahnya begitu. Inilah soft power TNI AL di panggung dunia," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro.
Dalam simposium yang dibuka Purnomo Yusgiantoro, dengan Kepala Staf TNI AL, Laksamana Marsetio, sebagai tuan rumah, di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, hadir sembilan kepala staf atau panglima angkatan laut, yaitu Kepala Staf Angkatan Laut Amerika Serikat, Admiral Jonathan W Greenert dan Kepala Staf Angkatan Laut Singapura, Rear Admiral Ng Chee Peng.
Juga Kepala Staf Angkatan Laut Australia, Vice Admiral RJ Griggs. Panglima Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China, Rear Admiral Wei Xueyi, Panglima Angkatan Laut Iran, Rear Admiral Habibollah Sayyari, dan Kepala Staf Angkatan Laut Pakistan, Admiral Muhammad A Sandila.
Masih ditambah Kepala Staf Maritim Angkatan Beladiri Jepang, Admiral Katsutoshi Kawano, Panglima Angkatan Laut Thailand, Admiral Tawewuth Pongsapipatt, Panglima Tentera Laut Diraja Malaysia, Admiral Tan Sri Abdul Aziz, dan kepala delegasi Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Rear Admiral Ben Bekkering.
Tema pokok yang diusung adalah Strategi Kerja Sama dan Kemitraan Global untuk Menguatkan Kesiagaan Kemaritiman.
Negara-negara yang bertikai secara politik di kawasan Pasifik hadir semua, yaitu Jepang, Korea Selatan, China, Filipina, Malaysia, Viet Nahm, dan Brunei Darusalam.
China menjadi sentral karena dia bertikai sekaligus tentang kepemilikan Kepulauan Senkaku dengan Jepang dan hampir semua Laut China Selatan dengan Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam.
"Indonesia juga melakukan beberapa pertemuan bilateral di sela simposium ini. Selain itu ada lima pertemuan bilateral di antara negara peserta yang lain. Bahkan setelah penutupan, pertemuan bilateral dari negara peserta juga kami fasilitasi," kata Marsetio.
Antara