Jakarta :
Kementeriaan Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bekerja sama
dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, tengah menyiapkan
Ekspedisi NKRI: Koridor Maluku dan Maluku Utara pada 2014.
Ekspedisi bertema Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia ini, akan berlangsung selama 4,5 bulan.
Diikuti oleh sekitar 800 personil TNI-AD, dan melibatkan 240 orang mahasiswa dari 36 perguruan tinggi negeri dan swasta dari seluruh Indonesia.
Ekspedisi NKRI 2014 ini merupakan ekspedisi keempat. Sebelumnya sudah dilakukan Ekspedisi Bukit Barisan (2011) di wilayah Sumatera, Ekspedisi Khatulistiwa (2012) di Kalimantan, dan Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi pada 2013.
“Ekspedisi ini bukan untuk unjuk kegiatan militer, tapi nation building. Juga untuk memperkokoh semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Menko Kesra Agung Laksono, usai membuka Seminar Nasional Hasil Ekspedisi NKRI: Koridor Sulawesi 2013, di Jakarta, Senin (9/12).
Seminar tersebut bertujuan mempublikasikan hasil-hasil ekspedisi, yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Di sisi lain, kata Agung, kegiatan ekspedisi ini juga sarat ilmu pengetahuan, yang dibarengi dengan melestarikan kebudayaan di suatu wilayah.
"Terpenting kegiatan itu bisa mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat untuk dapat segera diperbaiki. Kita tidak akan tahu kalau tidak mengunjunginya. Jadi, bukan sekadar berisi laporan-laporan saja. Tapi bagaimana solusi mengatasinya," ungkap Agung.
Sementara itu Letjen TNI (Purn), Suryo Prabowo, mantan Wakasad, menambahkan terkait dengan kegiatan yang melibatkan mahasiswa itu, TNIAD dan Kopassus sudah bekerjasama dengan pihak kampus.
"Para mahasiswa dianggap cuti kuliah satu semerter. Laporan hasil ekspedisi ini, meski diikuti secara sukarela, nilai bobotnya sama dengan nilai matakuliah KKN. Nanti dari kami akan diberikan rekomendasi. Jadi mereka tidak perlu mengikuti KKN lagi," ujarnya.
Ekspedisi sebelumnya, kata dia, juga melibatkan mahasiswa. Jika pada pertama kali digelar Ekspedisi Bukit Barisan pada 2011, mahasiswa yang ikut sebanyak 40 orang. Terus tahun berikutnya naik jadi 90 orang. Ada pada 2013 meningkat jadi 200 orang. Untuk ekspedisi 2014, rencananya ada 240 orang mahasiswa yang ikut.
"Itu menunjukkan bahwa ekspedisi ini berhasil. Baik dalam hal keterlibatan partisipasi masyarakat, juga berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Padahal, keikutsertaan mahasiswa itu bukan kami yang minta, melainkan mereka sendiri yang ingin ikut terlibat," ungkap Suryo.
Keterlibatan mahasiswa dan perguruan tinggi, katanya, karena pihak TNI tidak memiliki 'keahlian' dalam memetakan berbagai potensi sumberdaya alam, yang terkandung dalam suatu wilayah.
TNI juga tak mempunyai kemampuan untuk memetakan potensi bencana suatu daerah. Atau pun meneliti kerusakan hutan, kekayaan flora dan fauna, kondisi geologi, serta kondisi sosial budaya dan perbatasan.
"Disinilah peran perguruan tinggi dan mahasiswa. Jadi kegiatan penjelajahan, penelitian ilmiah, dan komunikasi sosial terintegrasi. Ibaratnya ini silaturahmi Nasional," tuturnya.