Pascadiresmikan, kedua kapal tersebut akan segera bertugas untuk mengamankan perairan laut Indonesia. Salah satu dari kedua kapal bahkan akan berada di Selat Lombok dalam rangka pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Nusa Dua, Bali pada Oktober 2013.
Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Bakorkamla Laksamana Madya Bambang Suwarto, menjelaskan, Dua kapal patroli yang dioperasikan merupakan buatan asli Indonesia. Hampir 70 persen komponen perakitan dan pembuatan kapal dilakukan di Indonesia.
"Dalam pembuatan, komponen lokal hampir 70 persen. Hanya mesin yang dari luar," kata Bambang.
Dua kapal patroli merupakan kapal induk karena dilengkapi fasilitas informasi dan komunikasi yang modern dan terintegrasi ke salah satu radar Bakorkamla dari Aceh sampai Merauke. Peresmian tersebut itu sendiri disaksikan perwakilan dari 12 anggota stakeholder (pemangku kepentingan) Bakorkamla RI.
Ke-12 pemangku kepentingan Bakorkamla RI masing-masing Menteri POLHUKAM (Ketua Bakorkamla – diwakili oleh Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto, Kalakhar Bakorkamla), Menteri Luar Negeri (anggota), Menteri Pertahanan (anggota), Menteri Hukum & HAM (anggota), Menteri Dalam Negeri (anggota), Menteri Keuangan (anggota), Menteri Perhubungan (anggota), Menteri Kelautan dan Perikanan (anggota), Jaksa Agung (anggota), Kapolri (anggota), Panglima TNI (anggota), Kepala BIN (anggota), serta Kepala Staf TNI AL (anggota).
Kalakhar menjelaskan, Kapal Patroli KN Bintang Laut dan KN Singa Laut mulai dibangun pada Mei 2012. Angka 4801 dan 4802 untuk menunjukkan panjang kapal yakni 48m, sementara 01 dan 02 menunjukkan seri jumlah kapal.
Menurut Kalahar, hingga 2014, Indonesia akan diperkuat kehadiran enam kapal patroli serupa. Seluruh kehadiran kapal patroli tersebut diharapkan juga dapat memberi arti penting bagi pengamanan laut, terutama untuk mencegah aksi-aksi ilegal di perairan.
Kedua kapal yang masing-masing bernilai sekitar Rp 58 miliar ini sesuai standar DIPA yang berlaku, menggunakan mesin berkecepatan 25 knot per jam dan mampu mengantisipasi cuaca yang terbilang ekstrim di laut. Dengan kecepatan tersebut, KN Bintang Laut dan KN Singa Laut mampu bergerak hingga batas 200 mil laut (370 km) dari lepas pantai sehingga sangat efektif untuk pengamanan perairan laut Indonesia.
KN Bintang Laut 4801 dibuat PT Palindo Marine, Tanjung Uncang, Batam, Kepri dengan masa pengerjaan 476 hari hari kalender dan KN Singa Laut 4802 dikerjakan PT Citra Shipyard, Tanjung Uncang, Batam, Kepri dengan masa pengerjaan 480 hari kalender.
Kapal patroli dilengkapi mesin penggerak masing-masing 3x1400hp (marine diesel) dan telah dilakukan uji Hidrodinamik di Laboratorium Hidrodinamik BPPT di Surabaya pada awal Februari 2013.
Menteri/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Armida Alisjahbana, menjelaskan, pembuatan kapal patroli sudah direncanakan dua tahun lalu. Untuk memperkuat industri pertahanan, kedepannya diharapkan Indonesia dapat lebih memanfaatkan produksi dalam negeri.
"Kedepannya mudah-mudahanan bisa lebih memanfaatkan produksi dalam negeri. Bakorkamla sebagai badan koordinasi dari berbagai instansi, sudah menerapkan hal itu," kata Armida.
Pembangunan kedua kapal patroli sudah disesuaikan dengan RPJM dan Rencana Strategis (Renstra) Bakorkamla RI 2010 sampai 2014, khususnya untuk mencapai amanat turunnya illegal activities sebanyak 70% dan peningkatan ketertiban di laut sebanyak 80% dalam rentang waktu 2010 - 2014.
Spesifikasi KN BINTANG LAUT 4801 - KN SINGA LAUT 4802
- Panjang seluruhnya (LOA)48.00 m48.00 m
- Panjang garis air (LWL)44.25 m - 44.50 m
- Lebar max (B.max)7.40 m - 7.60 m
- Lebar garis air (B.WL)6.80 m - 6.80 m
- Tinggi Tengah Kapal (DMLD)2.40 m - 4.00 m
- Tangki bahan Bakar (HSD)50.000 Liter
- Main Engine3 unit x 1400 hp (marine diesel)
- Endurance 3 (tiga) hari
- Kontraktor PT Palindo Marine - PT Citra Shipyard
- Mulai Dibangun24 April 2012 - 5 Juli 2012
- Harus Selesai Dibangun 31 Agustus 2013 - 27 Oktober 2013
- Jumlah Hari Kerja 476 hari - 480 hari
- Biaya Rp 57.888.000.000-Rp 57.998.000.000
.beritasatu.