“Kami akan memberikan peringatan bahwa ini tidak bisa diterima,” tegas Jokowi dalam wawancara eksklusif dengan kelompok Fairfax Media menjawab pertanyaan terkait AL Australia yang pernah menerobos perbatasan dengan RI. Wawancara dilansir Sydney Morning Herald (SMH) edisi 18 Oktober 2014 yang ditulis detikcom, Minggu (19/10/2014).
“Kami memiliki hukum internasional, Anda harus menghormati hukum internasional,” imbuh Jokowi.
Jokowi, dalam wawancaranya memaparkan rencana untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Australia, termasuk di bidang militer dan intelijen. Namun saat ditanya soal kedaulatan negara, Jokowi mengatakan dia bisa ‘lebih kuat’ bahkan dibanding dengan bekas rivalnya saat Pilpres lalu, Prabowo Subianto, yang seorang jenderal.
Hubungan Indonesia-Australia yang sempat rusak karena penyadapan pada telepon Ibu Negara dan soal pelanggaran batas wilayah kedaulatan, Jokowi mengatakan akan membangunnya kembali. Untuk pertama kalinya Jokowi mengatakan ia akan mendorong jalan baru kerjasama keamanan yang menguntungkan kedua negara, termasuk memerangi terorisme.
“Tidak hanya ke Australia, tetapi juga Indonesia,” tuturnya.
Jokowi juga mengajak Australia untuk menengahi masalah multilateral yang terjadi di Laut China Selatan. “Dua pertiga wilayah Indonesia itu lautan, perairan. Di Laut China Selatan, saya pikir Indonesia bisa berperan sebagai perantara yang jujur,” jelasnya.
Di bidang pendidikan, Jokowi mendorong generasi muda di Indonesia untuk belajar di perguruan tinggi di Australia, di mana salah satu putranya telah menyelesaikan pendidikannya di sana. Dan dia berharap Australia juga bisa mengirimkan generasi mudanya untuk belajar di Indonesia, dalam Colombo Plan di bawah Menlu Julie Bishop.
“Hubungan business-to-business dan people-to-people adalah penting. Kami akan mengirimkan pelajar kami dari sini ke Australia,” tuturnya.
Jokowi juga mendorong warga Australia mengeksplorasi daerah wisata selain Bali, di negara paling besar dengan keragaman terbanyak di muka bumi ini.
detik.com