Surya/Ahmad Zaimul Haq
Kapal
perang Indonesia jenis korvet, KRI Teuku Umar - 385 bersama KRI
Tjiptadi - 381 melakukan tembakan RBU-6000 untuk peranan anti-kapal
selam (ASW RL) dalam Gelar Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista)
TNI AL periode 2004-2014 di Dermaga Madura, Komando Armada RI Kawasan
Timur (Koarmatim), Surabaya, Rabu (12/3/2014). Acara yang dihadiri
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut merupakan gelar alutsista
baru hasil pengadaan pada program pembangunan kekuatan matra laut
periode rencana strategis (Renstra) 2005-2009 dan 2010-2014 sebagai
kesiapan dalam menjaga keutuhan NKRI. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
JAKARTA - Politik kebijakan pertahanan keamanan dan komitmen revitalisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia dalam seputuh tahun terakhir berjalan signifikan.
Demikian disampaikan pengamat alutsista Universitas Pertahanan, Begi R Sutanto, dalam diskusi bertajuk, 'Satu Dasawarsa Kebijakan Pertahanan dan Komitmen Revitalisasi Alutsista,' di Cikini, Jakarta, Jumat (17/10/2014)
"Ada harapan besar melanjutkan mimpi-mimpi, seperti yang dilakukan negara-negara besar seperti Amerika. Ini mimpi yang harusnya bisa dilakukan dan dijalankan pemerintahan selanjutnya," kata Begi.
Menurutnya, selama sepuluh tahun kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, perkembangan perjalanan perusahan yang bergerak di alutsista seperti Pindad dan Len Industri saat ini cukup menjanjikan.
Tak sedikit produksi alutsista dalam negeri mulai dilirik negara-negara Eropa seperti Turki. Saat ini kemampuan industri alutsista memang masih berjalan di tempat, sehingga konsep ke depan perlu dipikirkan.
Pengamat lainnya Pambudidoyo menambahkan, perkembangan peralatan tempur Indonesia masih dalam tahap kemajuan dasar. Jika menggunakan sistem skoring, nilanya berada di angka tujuh.
"Selama ini kita sendiri tidak punya catatan dasar terkait kemajuan alutsista tanah air," kata Pambudidoyo. Ia mengakui konsep alutsista sudah bagus, sayangnya dalam pelaksanaan di lapangan tidak berjalan baik.
Tribun