Bangunan menara suar dibongkar sendiri oleh Malaysia.
Menurut laporan yang diterima oleh Manahan, Malaysia sendiri yang membongkar bangunan setinggi 13 meter tersebut.
Demikian ungkap Manahan yang dihubungi VIVAnews melalui
telepon pada Jumat 17 Oktober 2014. Atas tindakan Negeri Jiran itu,
Pemerintah Indonesia menyatakan apreasiasi yang tinggi.
"Karena itu berarti, mereka memegang komitmen dan niat baik untuk
tetap menjalin hubungan baik dan menjaga keamanan regional. Kami berikan
apreasiasi yang tinggi kepada Malaysia," kata Manahan.
Sementara itu, terkait wilayah lautnya, tambah Manahan, masih tetap
menjadi status quo. Artinya, tidak boleh ada kegiatan apa pun di sana
yang dapat memprovokasi. "Masing-masing pihak, tetap saling menjaga
stabilitas wilayah," ujar dia.
Sementara itu, Duta Besar Kerajaan Malaysia untuk Indonesia,
Zahrain Mohamed Hashim, hanya menyebut bahwa kasus sengketa di Tanjung
Datuk telah selesai.
"Kasus pembangunan menara mercusuar di Tanjung Datuk sudah selesai.
Penyelesaiannya sudah ada dan diterima kedua pihak," kata Zahrain yang
ditemui VIVAnews dalam pertemuan media terbatas di Gedung Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta Selatan.
Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut, penyelesaian macam apa
yang diterima oleh kedua pihak. Zahrain menjelaskan, selain Tanjung
Datuk, masih terdapat tiga area lainnya yang disengketakan. Ketiga area
tersebut yakni, wilayah di Sulawesi yang disebut Indonesia sebagai
Ambalat, area di Selat Malaka, dan sebelah timur Singapura.
Isu sengketa di Tanjung Datuk
ini dimulai dari keresahan warga di sana yang melihat adanya aktivitas
pembangunan mercusuar oleh Malaysia. Kepala Dusun Mauluddin, Desa
Temajuk, Zamri, mengaku melihat sendiri aktivitas pemasangan tiang
pancang mercusuar oleh Malaysia. Namun, dia mengaku tidak bisa berbuat
apa-apa karena takut.
TNI AL akhirnya turun tangan berpatroli, karena bangunan mercusuar itu berdiri di perairan Indonesia. (asp)
VIVA.co.id