Dalam kunjungan kali ini di Jalan Bendungan Sempor, Malang, Jumat (12/12/2014), Ryamizard dan rombongan mendapat penjelasan soal bom produksi perusahaan yang berdiri sejak tahun 1993 itu.
Kata pendiri PT Sari Bahari, Ir Ricky Hendrik Egam, perusahaannya mampu memproduksi 5 jenis bom. Yaitu Bom P-100L dan P-100 untuk Sukhoi, P-25, Smoke Warhead dan Folding FIN (Standar NATO). Namun untuk pengisian bom masih harus bekerjasama dengan perusahaan dalam negeri lain.
Ricky memaparkan keunggulan produknya untuk pesawat Sukhoi dibanding bom aslinya buatan Rusia. Yaitu pertama sudah memiliki sertifikat kandungan dalam negeri sebesar 87,87 % (standar Indonesia 40%). Kedua, didesain untuk pesawat standar NATO maupun Rusia.
"Di pesawat Sukhoi bom P-100 dapat dilepas dengan menggunakan standar bombing Sukhoi, jadi bom sudah compatible dengan bom aslinya. Bom buatan dalam negeri sehingga mudah dalam transportasi pengiriman, perbaikan jikalau diperlukan," imbuhnya.
Produk PT Sari Bahari sudah diekspor ke luar negeri yaitu ke Chile. "Tahun 2015 akan dapat (order) dari tempat yang sama dengan jumlah yang lebih besar," paparnya.
"Mudah dalam perawatan dan penyimpanan. Mudah dan efisien dalam penggunaannya karena tidak menggunakan bahan peledak untuk melepas bom dari bom rack. Tidak menggunakan fuze untuk keluarkan asap penanda pada saat bom mengenai sasaran. Fuze harganya mahal," papar Ricky.
Usai mendengar paparan itu, Menhan Ryamizard meninjau proses pembuatan bodi-bodi bom hingga yang sudah dalam bentuk packing.(detik)