Berawal dari penunjukan KRI Banda Aceh-593 sebagai kapal perang dalam mendukung program mudik lebaran gratis menggunakan angkutan laut, yang merupakan kerja sama Kementerian Perhubungan dengan TNI Angkatan Laut, KRI Banda Aceh-593 harus memiliki kesiapan dalam semua aspek dalam mendukung program pemerintah tersebut.
Tidak hanya itu, kesiapan KRI Banda Aceh-593 sebagai salah satu kapal perang yang akan digunakan dalam mengangkut pemudik lebaran, harus dibuktikan mengingat Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan inspeksi kesiapan sekaligus melepas pemberangkatan tahap pertama pemberangkatan pemudik lebaran dari Jakarta ke Semarang.
Inilah yang turut mewarnai kehidupan karir kedinasan Letkol Laut (P) Yana Hardiyana yang takkan terlupakan, yaitu saat kapal perang yang dikomandaninya mendapatkan kunjungan dari orang nomor satu di Republik ini. Kekhawatiran dan beban terhadap kehadiran tamu istimewa ini hilang dan sirna saat Presiden RI usai melakukan inspeksi dan menyalaminya serta mengucapkan terima kasih atas kesiapannya mendukung program mudik lebaran gratis dengan menggunakan kapal perang.
Namun demikian, walaupun Presiden sudah menyalaminya, sebagai Komandan KRI Banda Aceh-593 belum sepenuhnya lega, mengingat tugas baru saja dimulai, dan selanjutnya tugas ini harus dituntaskan sebaik mungkin.
Sebanyak hampir 2000 penumpang dan kurang lebih 1000 unit kendaraan bermotor roda dua setiap pemberangkatan, menjadi tanggungjawabnya untuk mengantar hingga tiba di tujuan dengan selamat. Dan tidak hanya itu keamanan maupun kenyamananpun menjadi perhatian khusus yang diberikan kepada penumpang pada setiap pelayarannya.
Sejak menjabat sebagai Komandan KRI Banda Aceh-593, tepatnya tanggal 25 Januari 2013 atau tujuh bulan yang lalu, berbagai tugas baik operasi maupun latihan dilaksanakannya dengan penuh kesungguhan, mulai dari Latgab TNI, beberapa pelayaran bakti sosial dan pelayaran lainnya yang merupakan bagian dari Operasi Militer Selain Perang (OMSP), hingga yang terakhir pemberangkatan pemudik lebaran dengan rute Jakarta – Semarang, dan sebaliknya pada arus balik Semarang – Jakarta.
Menjabat sebagai Komandan kapal perang memang bukan kali ini, tercatat perwira kelahiran kota kembang Bandung 42 tahun yang lalu ini, sudah empat kali menjabat sebagai komandan KRI yaitu Komandan KRI Sigurot-864 pada tahun 2002, Komandan KRI Pulau Rondo-725 pada tahun 2004 dan pada tahun 2008 sebagai Komandan KRI Cut Nyak Dien-375 serta menjadi Komandan KRI Banda Aceh-593 tahun 2013.
Sementara itu Perwira Menengah yang memiliki hobi jogging ini, awal penugasannya di lingkungan TNI Angkatan Laut adalah sebagai Asisten Kepala Departemen Operasi di KRI Silea-858, Satuan Kapal Patroli, Koarmabar. Selanjutnya berpindah-pindah kapal termasuk penugasan di staf yaitu pada tahun 2001 sebagai Pabanda Matla di Staf Opersi Mabesal, tahun 2006 di Lantamal III sebagai Pabanops dan pada tahun 2010 menjabat sebagai Pabandya Lattra di Staf Operasi Mabesal serta Pabanops di Staf Operasi Kolinlamil pada tahun 2012.
Sedangkan pendidikan yang ditempuh selepas lulus dari Akademi Angkatan Laut angkatan ke-39 atau tahun 1993, dilanjutkan dengan Diklapa I dan II tahun 1996 dan 2002, serta Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut angkatan ke-45 tahun 2007. Selain itu juga saat ini tengah menyelesaikan pendidikan Strata-1 jurusan Administrasi Pemerintahan di Universitas Hang Tuah (UHT) Surabaya.
Suka duka berdinas di kapal perang menjadi bagian dari kehidupannya termasuk bagi keluarganya sebagai bagian dari pengabdiannya kepada negara dan bangsa. Berpisah dengan keluarga cukup lama karena melaksanakan tugas kerap dirasakan oleh suami dari Leli Windari, S.E, dan ayah dari Randhyka Elga Driyawijaya dan Sandhyka Arya Driyawijaya ini.
Menjadi Komandan Kapal Perang tidak hanya sekedar melaksanakan perintah, namun lebih dari itu merupakan penghargaan dan kebanggaan serta amanah yang harus diemban untuk dilaksanakan sebaik mungkin. Pendidikan yang pernah ditempuh serta pengalaman dan bimbingan serta arahan dari para senior menjadi modal utama dalam melaksanakan setiap tugas yang diembannya.
Demikian pula saat ini yang menjabat sebagai Komandan KRI Banda Aceh-593 yang merupakan kapal perang binaan di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), memacunya untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik. Kunci dari keberhasilan yang ia coba buktikan dalam menyelesaikan tugas adalah bekerja tidak sebagai “superman”, tetapi bekerja sebagai “supertim”, dengan mengandalkan tim work yang solid dan kompak dari seluruh Anak Buah Kapal (ABK) KRI BAC-593.
Menurutnya dengan tim work yang solid dan kompak akan menghasilkan tim yang super dan tangguh. Hal ini senantiasa menyertainya di dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dimanapun ia berdinas. Selain itu, ketenangan di dalam pengambilan keputusan merupakan bagian dari karakter yang melekat dalam setiap pelaksanaan tugas yang diembannya.
Selain itu masih menurutnya, jangan pernah menyepelekan hal sekecil apapun, karena masing-masing mulai dari pangkat terendah sampai dengan pangkat tertinggi memiliki peranan yang penting dalam menyukseskan keberhasilah suatu tugas.
Baginya, sebuah perintah, haruslah dilaksanakan dan yang utama adalah perintah itu harus tuntas dan pastinya terlaksana dengan berhasil. “Satya Wira Jala Dharma”.
(dispen kolinlamil/sir)
poskotanews