Pages

Sunday, 26 January 2014

Penggunaan retorika "perang" Australia pada RI dikecam

Foto: Penggunaan retorika "perang"
Australia pada RI dikecam

AMELIA 


Jakarta : Penggunaan istilah
retorika berupa kata-kata seperti
“perang” yang disampaikan
Pemerintah Australia kepada
Indonesia dalam hal mengamankan
wilayah perbatasan menuai kecaman.


Paul Dibb, penulis utama buku putih
pertahanan Australia menyayangkan
cara penggunaan kata-kata diplomasi
yang disampaikan pemerintahan
Perdana Menteri Tony Abbott itu.


"Ini disayangkan bahwa pemerintah
kita menggunakan kata-kata seperti
'perang' dan orang Indonesia juga
berbicara tentang jet mereka yang
mencapai wilayah Australia,” kata
Dibb kemarin.


”Saya tidak berpikir pernyataan ini
sangat membantu. Sudah waktunya
bagi kedua belah pihak untuk
menggunakan bahasa yang lebih
terukur dan diplomatik,” lanjut Dibb,
seperti dikutip The Australian, Sabtu
(25/1/2014).


Peter Jennings, mantan pejabat
senior di Pertahanan Australia, yang
sekarang aktif di Australia Strategic
Policy Institute, mendesak kedua
pemerintah untuk memperbaiki
hubungan pertahanan, sebelum
mengalami kerusakan yang lebih
lanjut. ”Ini tragis,” kata Jennings,
menggambarkan situasi hubungan
antara Indonesia dan Australia.


Polemik baru ketegangan Australia
dan Indonesia sejatinya dipicu
tindakan kapal-kapal Angkatan Laut
Australia yang melanggar wilayah
perairan Indonesia ketika mengusir
perahu para pencari suaka. Australia
mengklaim tindakan itu tidak
sengaja, meski media Australia
pernah menyebut pelanggaran itu
terjadi tujuh kali dalam sebulan.
Pelanggaran itu membuat
Pemerintah Indonesia gusar.


Menkopolkam, Djoko Suyanto, pernah
mengatakan, Tony Abbott harus
paham dan mengerti apa arti
kedaulatan Indonesia yang telah
dilanggar.


Komentar Menteri Djoko itu dibalas
Abbott ketika berada di Forum
Ekonomi Dunia di Swiss, di mana
Abbott terang-terangan mengatakan,
bahwa Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) harus mengerti
soal kedaulatan Australia, di mana
pasukan Australia berusaha keras
mengusir perahu para pencari suaka
yang melanggar kedaulatan mereka.
Sumber : Sindonews


Jakarta : Penggunaan istilah retorika berupa kata-kata seperti “perang” yang disampaikan Pemerintah Australia kepada Indonesia dalam hal mengamankan wilayah perbatasan menuai kecaman.


Paul Dibb, penulis utama buku putih pertahanan Australia menyayangkan cara penggunaan kata-kata diplomasi yang disampaikan pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott itu.


"Ini disayangkan bahwa pemerintah kita menggunakan kata-kata seperti 'perang' dan orang Indonesia juga berbicara tentang jet mereka yang mencapai wilayah Australia,” kata Dibb kemarin.


”Saya tidak berpikir pernyataan ini sangat membantu. Sudah waktunya bagi kedua belah pihak untuk menggunakan bahasa yang lebih terukur dan diplomatik,” lanjut Dibb, seperti dikutip The Australian, Sabtu
(25/1/2014).


Peter Jennings, mantan pejabat senior di Pertahanan Australia, yang sekarang aktif di Australia Strategic Policy Institute, mendesak kedua pemerintah untuk memperbaiki hubungan pertahanan, sebelum
mengalami kerusakan yang lebihlanjut. ”Ini tragis,” kata Jennings, menggambarkan situasi hubungan
antara Indonesia dan Australia.


Polemik baru ketegangan Australia dan Indonesia sejatinya dipicu tindakan kapal-kapal Angkatan Laut Australia yang melanggar wilayah perairan Indonesia ketika mengusir perahu para pencari suaka. Australia
mengklaim tindakan itu tidak sengaja, meski media Australia pernah menyebut pelanggaran itu terjadi tujuh kali dalam sebulan. Pelanggaran itu membuat Pemerintah Indonesia gusar.


Menkopolkam, Djoko Suyanto, pernah mengatakan, Tony Abbott harus paham dan mengerti apa arti kedaulatan Indonesia yang telah dilanggar.


Komentar Menteri Djoko itu dibalas Abbott ketika berada di Forum Ekonomi Dunia di Swiss, di mana Abbott terang-terangan mengatakan, bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) harus mengerti
soal kedaulatan Australia, di mana pasukan Australia berusaha keras mengusir perahu para pencari suaka yang melanggar kedaulatan mereka.