Pages

Friday, 21 November 2014

ROADMAP LAPAN

 
Kronologi Pembentukan LAPAN
  • Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).
  • Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.
  • Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN.

V I S I : Terwujudnya Kemandirian Dalam Iptek Penerbangan dan Antariksa Untuk Meningkatkan Kualitas Kehidupan Bangsa.

M I S I :
  1. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi roket, satelit dan penerbangan.
  2. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi dan data penginderaan jauh.
  3. Memperkuat dan melaksanakan pembinaan, penguasaan dan pemanfaatan sains antariksa dan atmosfer serta kebijakan kedirgantaraan.
  4. Meningkatkan pemanfaatan hasil Litbang untuk Pembangunan Nasional.
Untuk kompetensi utama, LAPAN memiliki empat bagian yakni : Penginderaan Jauh, Sains Antariksa dan Atmosfer, Teknologi Penerbangan dan Antariksa, dan Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa. Agar VISI dan MISI LAPAN bisa terlaksana, diperlukan Roadmap. Banyak masyarakat berharap, LAPAN dapat menerbangkan Roket ke antariksa baik untuk misi peluncuran satelit atau penelitian. Pusat Teknologi Penerbangan dan Antariksa yang memiliki tiga pusat teknologi, yakni Pusat Teknologi Satelit, Roket dan Penerbangan sebagai salah satu bagian terwujudnya mimpi ini pun telah menyiapkan Roadmapnya :


Pusat Teknologi Satelit
VISI : ”Menjadi Pusat yang Unggul dalam Perekayasaan, Pengembangan dan Penguasaan Teknologi Satelit di Indonesia”
MISI :
  1. Melakukan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Penguasaan dan pemanfaatan teknologi satelit,
  2. Melakukan perekayasaan (AIT) satelit, bersinergi dengan semua potensi Nasional,
  3. Melakukan pembinaan teknis untuk tumbuh dan berkembangnya  teknologi dan aplikasi satelit di Indonesia.

rps3
Pusat Teknologi Roket
VISI : ”Pusat Unggulan di Bidang Teknologi Roket Yang Maju dan Mandiri”
MISI :
  1. Meningkatkan litbang teknologi roket untuk mencapai kemandirian di bidang pengembangan dan aplikasi teknologi motor roket, teknologi propelan, teknologi struktur dan teknologi kendali.
  2. Meningkatkan kualitas produksi dan informasi litbang di bidang teknologi roket dan dalam memecahkan permasalahan nasional.
rps1 rps2
Pusat Teknologi Penerbangan

VISI

Menjadi Pusat Rujukan dibidang Teknologi Penerbangan untuk Kesejahteraan masyarakat, Perlindungan wilayah dan Pelestarian lingkungan hidup

MISI

  1. Mengembangkan kemampuan di Bidang Teknologi Penerbangan melalui Penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang Avionik, Propulsi, Aerostruktur dan Aerodinamika.
  2. Menjalin kerjasama teknis dengan institusi litbang yang lain dan industri penerbangan Nasional.
  3. Meningkatkan pemasyarakatan hasil Litbangyasa kepada pengguna
Tujuan Strategis : “Membangun kemampuan dalam bidang teknologi pesawat terbang berawak / nir awak sipil dan non sipil” roadmap_transport Pesawat Transport
Program Pesawat Transport Nasional adalah program pengembangan pesawat transport nasional untuk mendukung system transportasi udara Nasional Indonesia. Program ini merupakan program yang menyertakan seluruh stakeholder penerbangan di Indonesia, baik Litbang maupun Industri.Tercatat ada LAGG, LUK dari BPPT, Kemenperin, ITB dan tentu PT. Dirgantara Indonesia.Program Pesawat Transport ini sekaligus sebagai sarana membangun hubungan antara industri dan Litbang Penerbangan, di mana Pustekbang dalam kerangka jangka panjang akan menjadi Desain Center dan Industri Dirgantara PT.DI sebagai manufacturing centre. Program ini sekarang diawali dengan Program N219, yaitu program pesawat transport pesawat berenumpang 19 untuk penerbangan perintis. Program pesawat transport juga didesain untuk pengembangan pesawat hingga 70 penumpang dengan nama N70 dan mengembangkan N45.N219 adalah pesawat terbang yang tengah dikembangkan oleh LAPAN dan PT. DI untuk mengisi kebutuhan di sektor penerbangan perintis di Indonesia. Pesawat ini memiliki kapasitas angkut hingga 19 penumpang. N219 dapat terbang pada landasan pendek sepanjang 500 meter pada MTOW (Maximum Take Off Weight). Pesawat ini juga dapat take-off dan landing pada berbagai macam landasan, baik itu aspal, rumput maupun tanah. Hingga akhir tahun 2013, proses perancangan N219 telah mencapai tahap preliminary design dan mulai masuk ke tahapan detail design dengan selesainya pengujian wind tunnel power off dan power on.Pengajuan hak paten untuk Wingtip Device untuk peningkatan performance Take-off dan Landing pesawat N219 juga telah dilakukan. Tipe wingtip devices yang dipilih adalah winglet dan wing extention. Desain winglet dan wing extention digambar menggunakan CAD Catia dan dilakukan analisis dengan simulasi CFD.Sedangkan alat untuk memverifikasi hasil analisis dilakukan pengujian terowongan angin di NLST (Nusantara Low Speed Tunnel) PT DI. Dengan penambahan wingtip devices, winglet cant angle 75o, efisiensi lift yang dihasilkan meningkat hingga 6%.
 roadmap_pustekbang_1_lsa

Light Surveillance Aircraft (LSA)

Program utama Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN adalah program pengembangan LSA (Light Surveillance Aircraft) yang mempunyai misi untuk memperkuat sistem pemantauan nasional, sekaligus memperkuat penguasaan teknologi pesawat terbang.
Indonesia yang begitu luas, sangat sangat memerlukan sistem pemantauan baik melalui sistem satelit maupun sistem pamantauan yang lebih impresif dengan menggunakan pesawat terbang yang mampu menghadirkan hasil pemantauan dengan resolusi tinggi dan pemantauan secara terus menerus dengan kemampuan terbang yang lama dan automatik.
Program LSA ini dilakukan dengan bekerjasama antara LAPAN, PT DI, ITB dan TU Berlin (Tech nical University Berlin). Saat ini, tengah dilakukan kegiatan desain konsep pesawat LSA di Lapan, yang selanjutnya akan diteruskan di TU Berlin oleh para engineer Lapan dengan supervisi dari para ahli di Jerman. Di tahap awal, LSA yang akan dibangun berbasiskan pesawat ringan Stemme S15 yang akan mengalami modifikasi didalam sistem surveillance nya. Sedangkan pada tahap selanjutnya, akan dirancang bangun sebuah LSA baru dengan spesifikasi long endurance dan long distance, hybrid electric power, Automatic take off Landing (ATOL) dan modular structure.
Untuk kepentingan yang lebih luas dengan jangkauan yang lebih luas pula, pesawat ringan (LSA) ini nantinya dapat dimodifikasi menjadi sebuah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang mampu terbang hingga 24 jam non stop, untuk memantau titik-titik perbatasan (border monitoring system), pencurian ikan (Ilegal Fishing) maupun pengamanan dari pencurian hutan (illegal lodging). Diharapkan LSA dapat menjadi komplemen akuisisi data penginderaan jauh untuk berbagai keperluan.
program_lsuLAPAN Surveillance UAV (LSU)
Program LSU adalah pengembangan pesawat tanpa awak yang didesain sebagai sarana pembelajaran yang praktis mengenai teknologi pesawat terbang, sekaligus mengembangkan teknologi UAV untuk berbagai Misi, Program ini cukup mengangkat nama LAPAN, beberapa produk LSU, telah mampu menjalankan berbagai misi, dan terus akan menajamkan misi nya di 3 bidang, yaitu : pertahanan, kebencanaan dan pemetaan resolusi tinggi. Program LSU ini telah menghasilkan 5 jenis prototype UAV, yaitu LSU-01, 02, 03, 04 dan 05. Misi yang telah dijalani juga beragam, seperti pemantauan mitigasi bencana (gunung-api dan banjir ), pemantauan untuk pertanian, operasi pengamanan dan latgab ABRI dan misi terbang jauh untuk mencatatakan rekor MURI dengan terbang nonstop 200 km.
roadmap_pustekbang_3_lsu
( Lapan)