Rusia terus bertahan di peringkat kedua dunia dalam jumlah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ekspor senjata dan
teknologi militer. Pada awal 2014 lalu diumumkan hasil akhir pendapatan
ekspor senjata selama 2013 telah melewati angka 15 miliar dolar AS.
Dalam waktu sepuluh bulan terakhir, Presiden Vladimir Putin mengumumkan
saat Sidang Komisi Bidang Kerja Sama Militer pada Rabu (5/11) lalu,
bahwa para pemesan mancanegara telah mendapatkan teknologi militer milik
Rusia seharga 10 miliar dolar AS, atau mencapai 70 persen dari volume
pengiriman yang ditargetkan dalam tahun berjalan.
Jumlah pesanan produk industri pertahanan Rusia
dari luar negeri kukuh bertahan di angka 50 miliar dolar AS, dan tahun
ini para produsen senjata Rusia telah menandatangani kontrak ekspor
senjata baru yang nilainya mencapai 7,5 miliar dolar AS.
Senjata Rusia “Serbu” Asia Tenggara, Termasuk Indonesia
Kehebohan seputar pemberian sanksi terhadap para produsen
senjata Rusia berangsur-angsur menurun secara perlahan, ditandai dengan
pameran-pameran senjata dan teknologi militer internasional yang mengundang para pakar senjata dan teknologi militer Rusia beserta produk pertahanan negara dengan teknologi muktahir miliknya.
Jika pada Juli lalu sebagian delegasi Rusia tak dapat
hadir dalam pameran aviasi di Farnborough, pinggiran kota London,
karena berbagai penyebab, maka pameran teknologi angkatan laut Euronaval
2014 pada Oktober lalu di Paris justru dihadiri oleh seluruh perwakilan
Rusia yang terkait dengan bidang tersebut. Dalam pameran itu, 19
perusahaan Rusia mendapat area khusus untuk memamerkan produk buatannya,
beberapa di antaranya adalah Sevmash, Severnoye PKB, Admiralteyskiye
Verfi, Baltiyskiy Zavod, Almaz, dan berbagai perusahaan lain. Mereka
memamerkan 180 model baik kapal besar, kapal kelas kecil, kompleks
peluncur roket dan persenjataan berat, serta berbagai persenjataan
muktahir lainnya.
Pada Selasa (11/11), pameran internasional bidang aviasi
dan antariksa terbesar di Asia, Airshow China dibuka di Kota Zhuhai.
Pameran tersebut dihadiri oleh para delegasi Rusia yang membawa 1.500
produk buatannya. Salah satu dari produk tersebut adalah pesawat tempur multifungsi Su-35, yang rencananya akan dibeli oleh Tiongkok
sendiri. Berdasarkan pernyataan dari kepala delegasi grup perusahaan
Almaz-Antey Vyacheslav Dzirkaln, para pakar ahli perusahaannya akan
melakukan presentasi kepada para mitra Tiongkoknya mengenai salah satu
jenis modernisasi dari sistem peluncur rudal balistik Top-M1, yang
sebelumnya pernah dikirimkan ke Tiongkok.
Perkembangan hubungan bilateral di jalur pengiriman
sistem pertahanan udara terbaru Rusia untuk Tiongkok yang dikategorikan
sebagai jenis senjata bertahan ini memiliki arti khusus dalam kondisi
aktual saat ini. “Perkembangan tersebut akan membantu memperkuat
stabilitas keamanan di wilayah Asia Pasifik,” tegas Vyacheslav Dzirkaln
dalam wawancaranya bersama TASS.
Sebelum pameran di Zhuhai, berlangsung pula pameran
senjata dan teknologi militer internasional Indo Defense 2014 di
Jakarta. Dalam pameran tersebut, produk-produk Rusia ditampilkan secara
gemilang.
HUBUNGAN INDONESIA-RUSIA
Dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah membeli beberapa
pesawat tempur multifungsi dari Rusia, yakni Su-27 dan Su-30, sepuluh
helikopter Mi-35, 14 helikopter Mi-17, 17 kendaraan tempur infanteri BMP-3F, 48 kendaraan lapis baja BTR-80A, dan sembilan ribu senapan Kalashnikov AK-102. Pada Desember 2011, Rusia dan Indonesia
telah menandatangani kontrak pengiriman enam pesawat tempur ke
Indonesia seharga 500 juta dolar AS. Maka dapat dikatakan bahwa kompleks
industri pertahanan Rusia memiliki tempat yang kuat dalam
perbendaharaan senjata Indonesia.
Selain itu, Malaysia juga merupakan salah satu mitra
yang menjanjikan bagi Rusia dalam bidang persenjataan dan teknologi
militer di Asia Tenggara. Bukan tahun pertama Kuala Lumpur menggunakan
pesawat tempur multifungsi Rusia Mig-29 dan Su-30MKI. Dalam
perbendaharaan senjata Malaysia, terdapat juga kompleks peluncur rudal
anti-tank Metis-M1 dan kompleks peluncur rudal antipesawat Igla.
Perang Sanksi, Rusia Tetap Penuhi Kontrak Pengiriman Helikopter Tempur dengan AS
Kerja sama teknologi militer dengan negara-negara
asing merupakan hal yang serius dan rumit, sekaligus sangat kompetitif.
Namun, contoh yang telah dijabarkan di atas telah menunjukkan bahwa para
produsen senjata Rusia mampu memenangkan kompetisi di pasar senjata
dunia dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Hal tersebut bisa
terwujud bukan hanya karena produk persenjataan Rusia yang lebih baik
dan andal dibanding negara lain, namun karena Rusia juga tak pernah
melakukan pengiriman senjata menggunakan paksaan ataupun ancaman
pemberian embargo. (RBTH)