"Ada sasaran yang ini dicapai dalam sekolah ini, yakni peningkatan kemampuan intelijen guna menciptakan master intelijen," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat menjadi inspektur upacara pembukaan sekolah itu.
Ia mengatakan TNI ingin para perwira menengah (pamen) menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan intelijen dengan belajar di sekolah tersebut.
"Menurut pandangan saya, saat ini para pamen tak usah memikirkan soal jabatan. Karena nantinya akan menjadi master intelijen," katanya di hadapan puluhan siswa sekolah intelijen.
Panglima TNI meminta mereka tidak terlalu memikirkan apakah sekolah itu membuat mereka naik jabatan namun akan memikirkan untuk menjadikannya sebagai jalan untuk mengembangkan karir prajurit TNI.
"Tak perlu kecil hati. Yang terpenting agar menekuni bidang intelijen ini," kata Moeldoko.
Panglima TNI berharap para siswa sekolah intelijen gelombang pertama ini menekuni setiap pelajaran yang diberikan dan mengasah kemampuan intelijen mereka.
"Saya minta agar soal-soal yang diberikan tidak sama. Kasih beban yang seberat-beratnya agar para siswa mampu mengasah dengan baik kemampuan intelijennya, anggaran akan disiapkan. Soal pengembangan SDM, saya tak perlu hitung-hitung, yang penting bisa berkembang dengan baik," ucapnya.
Panglima TNI menjelaskan penguatan intelijen harus dilakukan karena setelah reformasi persoalan intelijen menjadi kacau balau, dan bahkan ada upaya untuk mengecilkan peran dan fungsinya.
"Hampir sebagian kita tahu, hampir sebagian pejabat tahu, hampir sebagian masyarakat tahu dan merasakan, tetapi sebagian besar itu juga tak berbuat apa-apa dan hanya menikmati kondisi ini. Bisanya hanya komentar, mengeluh dan menyalahkan orang lain. Tapi tak ada upaya yang serius untuk menangani itu," ujarnya
"Dulu kita punya tokoh dan master intelijen yang hebat dan diakui oleh dunia, seperti Benny Moerdani dan Hendropriyono. Namun ke arah sini belum ada lagi master intelijen Indonesia," demikian Panglima TNI.(ANTARA News)