Pages

Sunday, 30 March 2014

LATMA KOMODO 2014 Di Wilayah Hotspot

 
(tnial.mil.id)
Setidaknya ada 18 negara dan 40 kapal yang akan mengikuti Latma Komodo 2014 di wilayah Batam, Natuna dan Anambas. Indonesia sendiri akan mengerahkan unsur TNI AL, TNI AU, Polri, kesatuan penjagaan pantai (KPLP) departemen perhubungan dan satu kapal dari SKK Migas dengan jumlah persomil total 3000. TNI AL dalam kegiatan ini melibatkan 19 kapal perang antara lain jenis Sigma dan fregat serta jenis Parcim dan landing platform dock (LPD), froch. 
Ke 18 negara peserta adalah 10 negara ASEAN plus 8 peserta undangan: India, Jepang, Korea, Australia, New Zealand, USA, China, dan Russia.  Latihan bersama latma Multilateral Komodo dengan tema diselenggarakan pula dengan kegiatan Maritime Hospitality yang dikemas dalam bentuk Indonesia Maritime festival 2014 di mulai 28 Maret 2014.
Acara ini merupakan lanjutan acara sebelumnya yang  berlangsung di  Nusa Tenggara Timur pada 14 September 2013. Sail Komodo 2014 sendiri merupakan Sail ke-6 kalinya sejak 2009. Event internasional ini dimulai dengan penyelenggaraan Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi – Belitong 2011, dan Sail Morotai 2012.
Pemilihan Lokasi.
Menarik melihat pemilihan lokasi Latma Komodo 2014 kali ini yang akan dilaksanakan di Batam, Natuna dan Anambas. Sebelumnya rencana Sail Komodo 2014 akan dilakukan di Raja Ampat, Papua,  yang adalah juga merupakan lokasi wisata unggulan. Dan pilihan mengadakan Sail Komodo di lokasi-lokasi wisata unggulan adalah wajar mengingat acara ini selalu mempunyai dampak positif peningkatan ekonomi dari sektor wisata bagi daerah dimana pagelaran ini dilangsungkan.
Ketika kemudian lokasi diganti menjadi Kepulauan Riau di hadapan Laut China Selatan bisa diartikan pemerintah dan TNI mengejar nilai politis dan strategis selain nilai ekonominya. Cukup mengherankan ketika terdengan kabar bahwa Presiden SBY tidak akan menghadiri  acara Latma Komodo 2014 yang sangat bernilai strategis tinggi dan luas ini.
Anambas adalah kepulauan di barat pulau Natuna yang pernah didaulat sebagai kepulauan yang paling indah se-Asia Tenggara. Merupakan destinasi wisata alam dan bahari yang kurang dikenal kebanyakan wisatawan dalam negeri namun merupakan surga bagi penggemar wisata bahari mancanegara. Kebanyakan paket wisata ke daerah ini malah dikuasai agen wisata dari Singapura dan Malaysia. Pagelaran latihan multilateral ini akan merupakan promosi tidak langsung bagi potensi wisata Anambas dan pada akhirnya akan meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini bisa memancing industri lain masuk dan semakin ‘menghidupkan’ wilayah luar Indonesia ini. Dan hal tersebut juga merupakan nilai strategis bagi kepulauan luar mengingat sedang panasnya adu klaim beberapa negara di utara wilayah tersebut.
Seperti motto Latma Komodo kali ini “Cooperation For Stability”, memang itulah tujuan utama dari acara tersebut. Dengan ikutnya berbagai negara yang punya konflik kepentingan bahkan sengketa wilayah di dalamnya diharapkan akan bisa diselesaikan dengan mempertimbangkan kepentingan bersama, yaitu keamanan regional. Indonesia sendiri sering menjadi penengah dalam berbagai konflik negara-negara tetangga. Kehadiran tamu undangan dari berbagai kubu merupakan pengakuan terhadap potensi Indonesia sebagai penengah/penyeimbang di kawasan.
Menarik juga jika dihubungkan dengan rencana pembangunan pangkalan militer di Pulau Natuna. Setelah rencana pembangunan pangkalan Angkatan Laut juga diumumkan pembangunan shelter pesawat tempur di Natuna. Komandan Pangkalan Udara Ranai, Letkol (Pnb) Andri Gandy, mengatakan pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera diliengkapi dengan jet tempur canggih Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai
Lanud Ranai sendiri terletak di timur pulau Natuna besar dan berhadapan dengan LCS. Dan berita tersebut menambah sinyal menjadikan Natuna sebagai titik kekuatan TNI setelah sebelumnya KASAD mengatakan Apache akan ditempatkan di Natuna. Berita-berita tersebut muncul bersamaan dengan persiapan penyelenggaraan LATMA KOMODO 2014 ini.
Apakah ada strategi baru dari strategi pertahanan TNI? Apakah Sukhoi dan AH-64 E Guardian akan permanen berbasis di Natuna? Apakah TNI mulai flexing its muscle jauh ke luar wilayah pertahanan sendiri? Karena dari titik lokasi baru pangkalan pespur sekelas Sukhoi  terlihat lebih ‘mengancam’ ke luar daripada deterrence dan pertahanan wilayah.

jkgr