Alutsista kebanggaan buatan dalam negeri
Percepatan Minimum Essential Force
(MEF) yang dibangun Kemenhan tidak hanya fokus impor dari luar negeri,
tapi juga dengan produsen-produsen dalam negeri. Keseriusan Kemenhan
bisa dilihat dnegan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah
industri alutsista dalam negeri yang dilakukan pada Maret 2012 silam.
“Jumlah kontraknya mencapai Rp 1,3 triliun,” ujar Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro saat itu.
Perusahaan
yang dilakukan MoU adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Palindo Marine,
PT Pindad, PT Infra RCS Indonesia dan PT Sari Bahari. Selama ini kita
telah mengetahui pengembangan BUMN Industri strategis seperti PT DI
melalui kerjasama pembuatan alat militer bersama pihak produsen luar
negeri seperti pesawat CN-295, CN-235, Helikopter Bell 412, Cougar EC-725, Fennec AS-555, dll.
Lalu
ada PT Pindad dengan berbagai macam senjata ringan hingga ke kendaraan
lapis baja roda biasa seperti Anoa, Komodo, Rantis 4×4 maupun roda
rantai seperti rencana membuat MBT dan tank kelas ringan/sedang yang
mampu menjadi andalan dalam kondisi geografis kita. Dalam MoU itu juga
ada beberapa alutsista strategis seperti pembuatan Rocket FFAR,
Radar/ECDIS, serta pembuatan peluru kendali.
Pembuatan
FFAR atau Fin Folding Aerial Rocket ini buatan PT DI hasil Transfer of
Technology (ToT) dari produsen asal Eropa, Lesca dengan bersandar
lisensi dari Belgia. Ada dua tipe yang dikembangan PT DI yaitu RD 701
berbasis FFAR MK 4 dan RD 7010 berbasis MK 40. Saat ini untuk
pengembangan sudah hampir 100%. Sedangkan hulu ledaknya sudah 100 persen
buatan lokal dibantu Lapan dengan sistem Doublebase atau basis ganda, sehingga FFAR buatan dalam negeri bisa setara dengan produk-produk luar.
Spesifikasi
Diameter : 70 mm (2.75 inchi)
Panjang : 120 cm
Berat : 8.4 Kg
Jarak efektif : 3,400 m
Berat Warhead : 2.7 Kg
Panjang : 120 cm
Berat : 8.4 Kg
Jarak efektif : 3,400 m
Berat Warhead : 2.7 Kg
Untuk radar/ECDIS (Electronic Chart Display and Information System) atau
sistem informasi navigasi laut sesuai dengan Organisasi
Maritim Internasional (IMO) juga sudah dibuat oleh PT Infra RCS
Indonesia. Untuk ECDIS ini murni hasil anggaran pengembangan dari PT
Infra. Selain itu PT Infra juga telah mengembangkan Electronic Support Measures (ESM) dan rencana pengembangan bersama WECDIS dengan TNI AL.
Selain Infra, ada juga dari BUMNIS yaitu PT. LEN Industri seperti Radar Processing dan Display Console untuk teknologi Modern radar dan Legacy radar. Selain Radar/ECDIS PT LEN juga mengembangkan atau memproduksi Combat Management System (CMS), Transoder TPO TLM-01 (untuk kapal selam), Len Cryptosys (Modem Enkripsi asli buatan dalam negeri), peralatan komunikasi radio portable (Manpack)/Base Station/Vehicle, dll.
Sedangkan Peluru kendali, berdasarkan Rencana Strategis 2010-2014 Konsorsium Roket untuk TNI AD memerlukan RX-100 yang Alhamdulillah telah
behasil yaitu R-Han 122 (a) tinggal uji tabel tembak, TNI AL RX-122
sama yaitu R-Han 122b dengan jarak dibawah 40 km-tinggal uji Tabel dan
RX-320 pengembangan bersama litbang TNI AL dengan jarak 70 Km atau
lebih.
Untuk RX-320 ini direncanakan untuk mengganti Exocet dan telah dilengkapi Infrared Seeker Head.
Dan terakhir untuk TNI AU ada RX-70 dengan jangkauan 7.9 km dan ini
juga sudah dikembangkan untuk dicantel di pesawat tempur kita.
Diharapkan
Alutsista ringan maupun kelas berat ini bisa mengisi tiga matra TNI
agar terciptanya MEF pertama bisa diwujudkan. Untuk MEF kedua ada
rencana pengembangan dalam negeri juga seperti Tank Medium, APC Amphibious, RX-320 sejenis Exocet dengan jarak 180 km, PSU kelas sedang, Kapal Selam bersama DSME, Kapal Perang PKR/Frigate bersama DSNS Belanda, dll.
Cintailah produk-produk dalam negeri…
Salam (Jalo).
Salam (Jalo).